ENCEP SUKONTRA
BANDUNG, KabarKampus-Tim dokter Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung berhasil melakukan pemisahkan bayi kembar siam asal Ciamis, Jawa Barat. Sebanyak 70 dokter dan perawat terlibat dalam proses operasi besar ini.
Operasi bayi kembar bernama Gisya Bizanty Ramadani dan Gesya Ummaya Ramadani mulai disiapkan sejak pukul 07.00 WIB, Selasa (27/09/2016). Sekitar pukul 14.00 WIB operasi pemisahan bisa dilakukan. Operasi pemisahan sendiri memakan waktu sekitar 2,5 jam.
“Alhamdulillah lancar dari persiapan sejak pagi dengan pembiusan, monitoring, kemudian persiapan alat dan ketelitian yang akurat. Pemasangan alat dilakukan oleh tim lengkap,” tutur spesialis bedah anak Dikki Drajat dr., SpB., SpBA., dalam konferensi pers di RSHS Bandung.
Tim penanganan operasi Gisya dan Gesya sebanyak 70 orang yang terdiri dari dokter dan perawat. Untuk dokter bedah saja terdiri dari lima dokter spesialis bedah, yakni bedah umum, bedah anak, bedah plastik, bedah tulang dan anatomi.
Ada juga dokter ahli anastesi atau pembiusan, dokter spesialis dan subspesialis anak, hingga tenaga perawat yang menyiapkan berbagai macam peralatan. “Jadi kalau dijumlahkan 70 orang,” katanya.
Kendala dalam operasi pemisahan tersebut antara lain mengatasi sambungan-sambungan pembuluh darah. Pihaknya menemukan ada kelainan di pembuluh darah bayi kembar siam tersebut. “Tapi kami akhirnya bisa memisahkan organ-organ yang dempet seperti otot, tulang rawan dada,” katanya.
Untuk memisahkan dinding perut dan dada, kata Dikki Drajat, pihaknya memerlukan waktu 1,5 jam. Kendala lainnya saat terjadi pemisahan lever dengan ketebalan lima centimeter. Perlu ketelitian dan kecermatan dalam memisahkan dua lever yang menyatu.
Operasi memisahkan lever ini memakan waktu satu jam. “Dengan alat dan metode yang ada di RSHS pemisahan liver bisa dilakukan tanpa hambatan berarti,” ujarnya.
Dari hasil operasi pemisahan itu, Gisya Bizanty Ramadani dinyatakan sehat dan langsung menjalani operasi penutupan tubuh yang terbuka akibat operasi pemisahan. Setelah itu ia ditempatkan di ruangan khusus perawatan bayi.
Sedangkan Gesya Ummaya Ramadani mengalami penurunan oksigen yang membuat tubuhnya biru. Ia juga memiliki kelainan jantung. “Kami memutuskan melakukan penanganan jantung (Gesya),” katanya
Pasca operasi, Gisya dan Gesya terus menjalani pemantauan oleh tim dokter, terutama dokter anak. “Setelah operasi bukan berarti masa kritis sudah lewat. Tim masih harus melakukan pemantauan ketat selama seminggu pertama,” tambah Prof Dr dr Sjarif Hidajat Effendi SpA (K)., ketua tim penanganan bayi kembar siam RSHS.
Menurutnya, yang harus diwaspadai tim adalah pendarahan pasca operasi dan masalah sirkulasi. “Operasi ini sangat besar. Tim selama seminggu harus stand by. Apalagi bayi yang satunya lagi mengalami kelainan paru yang membuat tubuhnya membiru (Gisya),” tambah dia.
Bayi Gisya dan Gesya merupakan anak pasangan suami istri Syarif (24) dan Gina (19) yang lahir di RSUD Ciamis, 4 Juli 2016. Keduanya tampak sedikit lega setelah mengetahui bayi kembar siamnya selesai menjalani operasi pemisahan.
“Kami berterima kasih kepada RSHS yang menangani bayi kami yang mungkin bayi kembar siam pertama di Ciamis. Mudah-mudahan tidak ada bayi kembar siam lagi dari Ciamis,” ucap Syarif. []