AUSTRALIA PLUS
Akhdian Reppawali
Datang sebagai mahasiswa di Perth, awalnya kehidupan hanya berputar pada tempat tinggal, kampus dan pusat kota. Meskipun lebih dari 75 persen populasi Australia Barat bermukim di sekitar area metropolitan Perth, kota ini tetap terasa lebih sepi dibandingkan dengan beberapa kota besar di Indonesia.
Beberapa bagian kota ini memang menarik dan menawarkan hal yang berbeda, hanya saja tidak sampai beberapa minggu semua tempat-tempat tersebut sudah terjelajahi.
Kehidupan tempat tinggal – kampus – pusat kota yang berulang,pada saat-saat tertentu adakalanya membuat jenuh.
Pengalaman road trip pertama menyusuri pesisir pantai barat, menuju salah satu taman nasional di daerah utara, seakan memberi pandangan baru bahwa ada kehidupan lain di luar rutinitas yang bisa membuat kehidupan sebagai mahasiswa lebih bervariasi. Kehidupan tidak harus terpaku pada tiga tempat tersebut.
Saat membentangkan peta benua Australia, sepertiga luas benua ini ternyata adalah wilayah Australia Barat. Dengan wilayah seluas itu serta penduduk yang terkonsentrasi di area metropolitan Perth, pilihan untuk melakukan perjalanan seperti tidak terbatas.
Saya mulai belajar menjadi seperti warga lokal yang gemar melakukan perjalanan dan kegiatan di alam bebas di saat senggang atau dimusim libur.
Alam negara bagian ini memang sangat khas, pantai-pantai yang indah di sisi barat; hutan-hutan karri dan jarrah, pegunungan, serta pantai berpasir putih di sisi selatan; gundukan batu raksasa dengan bentuk-bentuk unik di sisi timur; gurun, jurang-jurang terjal, bukit batu, serta pantai yang indah di sisi utara.
Sesungguhnya keindahan negara bagian ini ada pada eksotisme alamnya di pedalaman.
Diawali dari satu road trip akhirnya perjalanan seperti ini menjadi kebiasaan yang mengasyikkan saat kejenuhan sebagai mahasiswa riset mulai menghampiri.
Perjalanan ke banyak tempat pada akhirnya menghasilkan banyak foto tentang bentang alam yang telah dikunjungi dan dilewati. Memang tidak lengkap rasanya jika perjalanan tanpa disertai dokumentasi.
Dorongan untuk mengabadikan kekhasan bentang alam pedalaman juga telah menjadi faktor pendorong yang kuat untuk belajar fotografi secara otodidak.
Perjalanan semacam ini juga menghasilkan banyak kisah pertemuan dengan hal-hal yang kadang tidak terduga. Pengalaman dikuntit oleh geng motor di tengah lahan gandum yang sepi, mengalami dehidrasi sendiri di tengah lembah berbatu di puncak musim panas, atau bertemu dengan beberapa penjelajah benua yang mau berbagi kisah, adalah beberapa pengalaman yang sangat berbekas.
Tumpukan file foto dan kisah-kisah perjalanan tersebut menjadi semacam potongan-potongan rekaman eksotisme alam Australia Barat yang terserak, sampai akhirnya muncul ide untuk dikumpulkan dalam bentuk buku.
Meski bukan pekerjaan mudah untuk mensortir dan memilih beberapa foto di antara ratusan file sambil mengingat-ingat kembali kisah di baliknya, pada akhirnya buku kumpulan foto “Western Australia Backyard” dalam dua volume, dan buku kumpulan cerita “Outback: Ke Pelosok-Pelosok Western Australia” tersusun dan terbit.
Sebuah rekaman eksotisme alam Australia Barat dalam bentuk buku akhirnya terwujud. Dari buku ini, penjelajahan ke pedalaman Australia Barat bisa dimulai. []
*Akhdian Reppawali sedang menyelesaikan risetnya di School of Business, Curtin University, Western Australia. Di saat senggang, banyak mengunjungi berbagai tempat di pedalaman Australia Barat .