More

    Mahasiswa ITB Hasilkan Energi Listrik Dari Aktivitas Berjalan

    Nadya (kiri) dan anindya ningrum bersama tas E-Bag. Foto : Ahmad Fauzan
    Nadya (kiri) dan anindya ningrum bersama tas E-Bag. Foto : Ahmad Fauzan

    Aktivitas berjalan tidak hanya bermanfaat bagi kesehatan, namun juga bisa menghasilkan listrik. Teknologi ini dikembangkan oleh dua mahasiswi ITB yaitu Nadya Komala Putri dan Anindyaningrum Fauziah yang sama –sama jurusan Teknik Fisika ITB angkatan 2012.

    Keduanya mengemasnya dalam sebuah tas yang mereka namakan dengan E-Bag alias Electricity Bag. Inovasi energi listrik ini memanfaatkan energi yang terbuang dari manusia ketika berjalan yang bisa memicu piezoelektrik atau tekanan listrik. Kemudian mereka memasukkanya ke dalam sebuah tas yang bisa dibawa berjalan.

    Menurut Nadya, produk ini bisa menghasilkan listrik dengan memanfaatkan energi mekanik manusia ketika berjalan. Gerakan yang dihasilkan adalah sinusoidal-vertikal yang memicu piezoelektrik pada ransel atau tas.

    - Advertisement -

    “Ketika manusia berjalan, maka pusat masa akan bergerak, naik turun dan menghasilkan frekuensi 2 Hz. Dari 2 Hz tersebut akan membuat piezoelektrik dan bisa menghasilkan listrik,” kata Nadya mengungkapkan hasil pengujian mereka.

    Ia menjelaskan,  pengujian tersebut, sebagai simulasi langkah manusia yang direpresentasikan dengan menggunakan shaker. Shaker ini terbagi dua bagian utama yaitu bagian penggerak dan permanen energi. Bagian penggerak terdiri dari motor DC, per, serta dudukan (motor dan bagian permanen energi.

    Shaker untuk menghasilkan energi listrik
    Shaker untuk menghasilkan energi listrik

    Sementara Desain kopling mekanik dibuat menggunakan bahan stainless steel untuk menghasilkan piezoelektrik. Piezoelektrik tersebut merupakan tekanan dan getaran. Namun yang mereka gunakan adalah getarannya.

    “Untuk saat ini energi yang dihasilkan adalah 6 Milliwatts dan baru bisa digunakan untuk kebutuhan sensor gas,” ungkapnya.

    Sensor gas itu berfungsi untuk mendeteksi seberapa banyak kandungan CO2 di udara. Biasanya digunakan penyelamat di gunung merapi, pendaki gunung dan sebagainya.

    Menurut Nadya, alat ini sebenarnya masih banyak yang perlu dikembangkan. Seperti menyempurnakan ruang penyimpanan shaker pada tas dan tentunya bisa menghasilkan energi listrik yang lebih besar lagi.

    “Kedepannya kami ingin bisa untuk mengisi baterai smartphone,” ungkapnya.

    E-Bag yang dikembangkan oleh Nadya dan Anindyaningrum ini merupakan hasil tugas akhir keduanya. Mereka dibimbing oleh Dr. Suprianto.[]

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here