SEMARANG, KabarKampus – Regulasi ketentuan berpakaian bagi mahasiswa Unnes mendapat tentangan dari sejumlah mahasiswa. Para mahasiswa beranggapan, seragam bagi mahaiswa tidak ada hubungannya dengan intelektualitas. Bahkan seragam di lingkungan kampus justru memicu hubungan antara dosen dan mahasiswa seperti atasan dengan bawahan.
Regulasi mengenai pakaian mahasiswa baru Unnes tertuang dalam SK Rektor No. 30 Tahun 2016. Dalam aturan tersebut mahasiswa baru Unnes wajib menggunakan baju berwarna putih, celana panjang gelap pada hari Senin. Kemudian pada hari Selasa hingga kamis wajib mengenakan batik. Selanjutnya pada hari Jumat dan Sabtu diperkenankan memakai pakaian bebas.
Menurut salah satu mahasiswa yang tidak mau namanya disebutkan, ada beberapa alasan mereka menolak penyeragaman cara berpakaian bagi mahasiswa Unnes. Berdasarkan hasil penelitian mereka, mahasiswi yang menggunakan baju warna putih, rentan terhadap pelecehan seksual. Kesimpulan tersebut didapat dari hasil wawancara dengan sejumlah mahasiswa Unnes. Wawancara ini ingin membandingkan bagaimana pria melihat perempuan menggunakan seragam putih dan pakaian bebas.
“Dari hasil penelitian, pria melihat perempuan yang berseragam putih, lebih sensual dari pakaian biasa. Salah satunya karena pakaian dalamnya bisa terlihat,” ungkapnya.
Selanjutnya adalah, dengan mahasiswa menggunakan seragam, seolah mahasiswa adalah bagian kelompok masyarakat yang eksklusif. Padahal seharusnya antara mahasiswa dan masyarakat tidak ada sekat. Selain itu mahasiswa juga seharusnya bisa bergaul bersama masyarakat.
“Seragam bagi mahasiswa akan menciptakan jurang antara mahasiswa dan masyarakat. Ada semacam eksklusifitas sebagai mahasiswa,” jelasnya.
Kemudian menurutnya, dengan seragamisasi dalam hal berpakaian, dikhawatirkan menimbulkan seragamisasi pemikiran. Mahasiswa nantinya diarahkan pada pemikiran yang sama.
“Sehingga nantinya mahasiswa tidak ada yang mau bergerak,” jelasnya.
Kemudian untuk seragam batik, mahasiswa ini mengaku, penggunaan batik yang dipaksakan bertolak belakang dengan prinsip Bhineka Tunggal Ika. Penyeragaman menggunakan batik, menjadikan seolah-olah Unnes adalah kampus Jawa.
“Oleh karena itu pemaksaan seragam batik bagi mahasiswa Unnes adalah bentuk Jawanisasi Unnes.
Mahasiswa ini mengaku, enggan menyebutkan namanya, karena pihak rektorat saat ini akan memberi surat peringatan kepada mahasiswa yang kritis terhadap kampus. Bahkan memanggil orang tua hingga mencabut beasiswa bidik misi.
“Berkaca dari sana, kami tidak mau dulu menyebutkan nama kami,” jelasnya.[]