More

    Aplikasi Medi-Call Hadirkan Dokter Untuk Pekerja Sibuk

    Ilustrasi / Aplikasi Medi Call
    Ilustrasi / Aplikasi Medi Call

    Berdasarkan riset yang dilakukan Zocdoc, perusahaan layanan kesehatan online di Amerika Serikat, dan Kelton Global pada Agustus 2016, bahwa 60% dari pekerja di Amerika Serikat merasa tidak nyaman meninggalkan pekerjaan untuk memeriksakan diri ke dokter atau rumah sakit. Mereka merasa budaya perusahaan telah membentuk para karyawan memiliki pemahaman tersebut.

    Hal yang sama juga terjadi pada para pekerja kota besar di Indonesia. Problem mereka tak hanya tuntutan kerja yang tinggi dan persaingan yang ketat saja, namun juga masalah kemacetan lalu lintas yang sangat parah.

    “Kondisi perkotaan juga mempengaruhi pekerja urban untuk mager alias malas bergerak untuk ke dokter atau rumah sakit. Mereka sudah merasa tertekan dengan pekerjaan di kantor. Nah, berhadapan dengan kemacetan bisa mengundang stress lain,” ujar dr. Candra Wijanadi dari Medi-call, yang berpraktik di Bali, Rabu, (14/12/2016).

    - Advertisement -

    Menurut dr. Candra, pekerja urban menganggap waktu mereka  sangat berharga. Selain kemacetan di jalan, mereka juga khawatir waktu terbuang karena harus antre saat pengurusan administrasi di rumah sakit, ruang periksa dokter hingga pengambilan obat. Stres tambahan adalah saat mereka melihat biaya dokter dan obat yang membengkak. Jadi, kenapa harus ke rumah sakit?

    “Yang mereka tidak sadari, menunda pemeriksaan ke dokter atau rumah sakit justru berisiko meningkatkan biaya kesehatan di masa depan. Ini karena sinyal-sinyal tubuh diabaikan, sehingga sakit sudah semakin parah,” tambah dokter lulusan Universitas Udayana, Bali, ini.

    Hal ini mendorong sejumlah dokter lulusan Universitas Udayana untuk mengembangkan aplikasi Medi-Call. Aplikasi ini akan diluncurkan pada akhir bulan Desember 2016 di Bali. Selain dr. M. Candra, dokter yang terlibat dalam mengembangkan aplikasi Medi-Call adalah dr. Stephanie Patricia, dan dr. Gideon Hartono.

    dr. Stephanie Patricia mengatakan, masyarakat perlu menyadari bahwa kesehatan adalah prioritas utama. Karena itu, kemacetan di jalan, antrean panjang di rumah sakit harus dihindari oleh pasien agar layanan kesehatan dapat diperoleh dengan cepat.

    “Misalnya dengan memanggil dokter ke rumah, kantor, mal atau tempat bertemu di mana saja saat diperlukan. Jangan ada toleransi terhadap sinyal tubuh, segera cari tahu masalahnya,” ujar dr. Stephanie Patricia yang saat ini juga melayani pasien di Rumah Sakit Mangusada, Bali.

    dr. Stephanie menambahkan, aplikasi Medi-Call yang mereka buat merupakan jawaban persoalan jutaan penduduk perkotaan di Indonesia. Sehingga pasien dapat memesan dokter, ambulans dan layanan kesehatan lain untuk datang ke rumah dan tempat lainnya melalui smartphone.

    “Kami akan integrasikan dengan layanan pemesanan obat secara online, sehingga pasien nyaman dan tidak terganggu aktivitasnya,” tambahnya.

    Dengan dukungan jaringan apotek K-24 yang tersebar luas, pengguna Medi-call dijamin memperoleh obat yang asli dengan cepat. Akhir tahun ini, aplikasi yang akan melibatkan ratusan dokter yang telah memiliki surat ijin praktek dan mendapat pelatihan dari Ikatan Dokter Indonesia. Dengan solusi Medi-call, para traveler yang berlibur ke Bali pun dapat memanggil dokter ke destinasi wisata di Bali saat diperlukan.

    Sementara itu, awal tahun depan, para pekerja urban di Yogyakarta dan Jakarta juga tak perlu lagi repot menembus macet atau meminta ijin ke kantor untuk bertemu dokter. Mereka segera meluncurkan Medi-call di kedua kota tersebut segera pada tahun depan dengan bekerja sama dengan para dokter yang telah bergabung dengan Ikatan Dokter Indonesia.[]

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here