Mahasiswi Doktor Universitas Indonesia mengolah Gelatin Kulit Kambing Etawah sebagai cangkang kapsul. Hasil penelitiannya ini menjadi alternatif penggunaan cangkang kapsul halal di Indonesia.
Selama ini cangkang kapsul di Indonesia terbuat dari gelatin dari kulit maupun tulang sapi dan babi atau pembentuk gel lainnya. Ada yang berbahan keras, ada pula yang lunak. Namun untuk di Indonesia kehalalan cangkang kapsul menjadi prioritas utama bagi para konsumen.
Mahasiswi tersebut adalah Zilhadia, mahasiswi Program Doktoral Fakultas Farmasi Universitas Indonesia (UI). Penelitian yang dibuatnya merupakan bagian dari Disertasinya yang berjudul “Ekstraksi Gelatin dari Kulit Kambing Peranakan Etawah Menggunakan Metode Hidrolisis Asam dan Penggunaannya pada Pembuatan Cangkang Kapsul Keras”.
“Kambing Etawah dapat menjadi sumber gelatin yang baik karena halal, mudah didapat, harga relatif terjangkau, dan mempunyai sifat gelatin yang baik untuk dijadikan cangkang kapsul keras dan lunak dalam industri farmasi,” kata Zilhadia dalam Sidang Promosi Doktor Zilhadia di Auditorium Gedung Farmasi UI, Depok, Kamis (12/01/2017) lalu.
Ia menjelaskan, jenis Kambing Etawah dipilih karena mempunyai bidang kulit yang lebih luas dibanding kambing lokal merek lain. Kambing Peranakan Etawah merupakan jenis kambing unggul dan potensial dikembangkan di Indonesia.
Setelah melalui serangkaian uji coba lab, Zilhadia dapat menyimpulkan bahwa gelatin Kambing Etawah dapat memenuhi persyaratan sebagai bahan dasar pembuatan cangkang kapsul keras pada obat. Selain itu dapat diaplikasi pada industri farmasi lainnya, makanan serta kosmetik.
Zilhadia mengolah kulit kambing ini menjadi gelatin dengan metode hidrolisis asam dengan cara merendam kulit kambing dengan larutan sodium sulfide dan kalsium hidroksida. Lebih lanjut, cangkang kapsul dari gelatin kambing ini telah diuji laboratorium melalui uji keseragaman bobot, keseragaman ukuran, kadar air kapsul, uji waktu hancur, uji kandungan sulfit kapsul, pengukuran pH, dan uji mikroba.
Pada tahun 2007, produksi gelatin dunia didominasi dari gelatin kulit babi yaitu sebesar 46 persen. Sisanya sebanyak 29,4 persen dari kulit sapi, 23,1 persen dari campuran tulang babi dan sapi, dan 1,5% dari tulang ikan, kerang, dan lain-lain. Gelatin kulit kambing dapat menjadi solusi atas permasalahan yang timbul akibat penggunaan kulit sapi dan babi.
Pada sejumlah negara, penggunaan gelatin babi dapat menyebabkan kontroversi tersendiri. Demikian halnya bagi penganut agama Hindu, Sapi merupakan hewan suci yang wajib dijaga. Lebih lanjut, Sapi juga relatif lebih mahal dibandingkan Babi, sehingga banyak produsen yang lebih memilih Babi sebagai bahan pembuatan gelatin. Sedangkan sumber gelatin dari hewan laut seperti kerang dan ikan juga tidak bisa menjadi andalan, karena jumlahnya yang lebih sedikit dan sifat gelatinnya yang tidak sebaik sapi dan babi.
Hasil penelitian Zilhadia ini berhasil mengantarkannya meraih gelar Doktor dan lulus pada Program Doktoral Farmasi UI.[]