
Saat ini sistim konvensional terpusat menghadapi kendala besar dalam pembangunannya karena memerlukan lahan yang sangat luas. Mulai dari untuk pembangkitnya sendiri, maupun tapak tower dan ruang bebas jaringan transmisi yang terbentang mulai dari pembangkit sampai ke konsumen.
Besarnya kerugian waktu dan biaya dari sistim terpunbjjbnvsat, bisa melebihi keuntungan yang didapat karena efisiensi dan optimasi operasi dari unit-unit pembangkit yang masuk dalam sistim interkoneksi. Kesulitan untuk mendapatkan lahan, baik untuk pembangkit maupun untuk ruang bebas transmisi saat ini menyebabkan banyak proyek terlambat yang berakibat meningkatnya biaya yang hilang karena energi tidak terjual(loss of opportunity).
Apabila inisiatif Listrik Kerakyatan ini dapat dilakasanakan, maka manfaatnya bukan saja dirasakan oleh masyarakat tetapi juga oleh pemerintah, khususnya dalam mencapai sasaran penggunaan energi terbarukan dan mengejar rasio kelistrikan mendekati 100 persen. Selain itu Listrik Kerakyatan juga tidak memerlukan biaya investasi pembangunan ketenagalistrikan maupun pendanaan yang besar yang sarat dengan persyaratan yang kompleks.
Model LK secara umum memiliki keunggulan yang dapat memberikan berbagai manfaat listrik sebagai berikut :
- Menahan laju defisit listrik dan melistriki daerah terpencil
Salah satu kriteria LK adalah waktu pembangunan yang cepat. Sehingga bisa menjadi alternatif cepat untuk membantu pasokan untuk daerah yang mengalami defisit energi listrik sambil menunggu selesainya pembangunan instalasi listrik besar yang memerlukan waktu lebih lama.
Untuk membangun pembangkit LK yang terdiri dari PLTSurya, PLTBayu, dan PLTSa dibutuhkan waktu yang jauh lebih singkat dibandingkan dengan pembangunan pembangkit konvensional seperti PLTG, PLTA, apalagi PLTU. Waktu pembangunan LK hampir sama dengan membangun PLTD skala kecil yaitu sekitar 6 sampai 9 bulan, mulai dari perencanaan sampai dengan pengoperasian karena lahan yang diperlukan LK relatif kecil sehingga dapat menggunakan lahan umum misalnya tempat penumpukan sampah yang sudah ada.
Selain itu LK tidak memerlukan studi yang rumit karena menggunakan peralatan dan pembangkit yang sudah ada di pasar dan sudah pernah digunakan sebelumnya. Karena jenis pembangkit LK berskala kecil dan menggunakan energi yang ada di sekitarnya, maka program LK bisa menjadi solusi untuk daerah terisolir yang tidak terjangkau oleh program raksasa pemerintah seperti halnya proyek 35.000 MW. Dengan demikian, LK dapat membantu pemerintah untuk mempercepat peningkatan rasio kelistrikan dengan melistriki daerah terisolir termasuk di pulau-pulau terluar dan perbatasan yang kurang layak untuk dibangun pembangkit besar
2. Solusi sampah perkotaan dan ramah lingkungan
Sesuai dengan kriteria listrik kerakyatan, jenis pembagkit yang digunakan untuk LK menggunakan bahan bakar yang didominasi oleh sumber energi terbarukan termasuk tenaga surya (PLTS), tenaga angin/bayu (PLTB), dan tenaga Sampah ( PLT Sa) yang bahan bakunya tersedia disekitar masyarakat setiap saat. Selain itu, sampah perkotaan yang selalu menjadi masalah besar dapat dihabiskan di lokasi tingkat kelurahan, tidak perlu diangkut ke tempat pembuangan akhir (TPA). Dengan demikian tidak akan banyak lagi armada truk sampah yang menambah padat jalan serta mengotori udara sepanjang jalan ke TPA.
3. Peluang wirausaha bagi masyarakat
Besarnya modal yang dibutuhkan untuk membangun satu unit LK relatif kecil, dibawah satu milyar rupiah yang diperkirakan dapat terjangkau oleh pengusaha lokal atau koperasi setempat. Dengan demikian LK dapat dimanfaatkan oleh para pengusaha kecil di setiap daerah untuk menjadi pengusaha listrik swasta atau Independent Power Producer (IPP) dan agar secara total nilainya berarti, harus dilaksanakan oleh sebanyak mungkin pelaku dari masyarakat setempat secara gotong royong. Hal ini akan memberikan manfaat ganda yaitu membuka lapangan kerja dalam bidang ketenaga listrikan bagi masyarakat di tingkat pedesaan. LK juga bisa dilaksanakan secara mandiri, antara lain dengan memanfaatkan peluang bantuan sosial untuk pedesaan serta sumbangan Corporate Social Responsibility (CSR).
4. Menghambat pemanasan global dan menghemat cadangan energi fosil
Bauran energi LK yang terdiri dari sumber energi terbarukan akan memberikan kontribusi untuk membantu usaha pemerintah dalam mencapai sasaran 23 persen energi terbarukan pada tahun 2025. Selain itu LK juga membantu ketahanan energi nasional karena dapat menghemat penggunaan BBM dan bahan bakar fosil disamping manfaat terhadap dunia karena dapat mengurangi efek rumah kaca dan pemanasan global.
Inisaitif Listrik Kerakyatan ini dimotori oleh STT PLN, Jakarta. Mereka tidak hanya membangun Listrik Kerakyatan di kampus dengan bahan bakar sampah. Salah satu inisatornya adalah Djoko Paryoto yang saat ini menjabat Wakil Ketua STT PLN bidang keuangan dan administrasi dalam mengelola sampah organik di lingkungannya RW10 kelurahan Pondok Kopi. Program pengelolaan sampah organik menjadi gas untuk memasak dan menghasilkan pupuk cair organik telah berlangsung hampir sepuluh tahun dan pemisahaan sampah organik sudah dirasakan langsung manfaatnya dan berkembang menjadi budaya masyarakat di sekitar perumahan tersebut.[]