BANDUNG, KabarKampus – Dari puluhan peserta Kamisan di depan Gedung Sate, Bandung, Kamis, (19/01/2017), seorang mahasiswa menyuarakan kemerdekaan Papua. Aspirasi tersebut disampaikan lewat teatrikal di tengah-tengah peserta aksi kamisan yang bertepatan dengan 10 Tahun Aksi Kamisan.
Mahasiswa tersebut adalah Agung Eko Sutrisno, mahasiswa Institut Seni dan Budaya Bandung. Dalam teatrikalnya, mahasiswa yang akrab disapa Eko ini membawa daun, batu, payung hitam, dan juga banner Papua Merdeka. Aksi Eko ini juga ditemani lagu “Papua Bukan Merah Putih” yang dinyanyikannya sendiri.
Usai teatrikal Eko mengatakan, teatrikal ini merupakan hasil diskusi dengan teman-teman Papua. Mereka mengatakan akhir-akhir ini banyak terjadi pembunuhan di Papua. Namun tidak banyak media yang mengangkat.
“Jadi ini semacam pembicaraanku dengan kawanku bernama Ben, orang Papua yang isinya kekerasan yang terjadi di Papua,” kata Eko yang mengambil kuliah jurusan Seni Rupa ini.
Menurut Eko, 10 Tahun Kamisan adalah momentum untu menekan demokrasi kepada tingkat yang paling kritis. Baginya kekerasan di Papua harus ditindak lanjuti. Apalagi informasi soal Papua ditutup secara luas oleh pemerintah.
“Mungkn lewat aksi ini, isu Papua tidak hanya dibicarakan secara personal bagi komunitas Papua, tapi bisa melebar ke semuanya. Baik ranah kamisan, maupun ranah kampus,” kata Eko yang juga pegiat pers mahasiswa ini.
Eko menceritakan, batu yang dibawanya melambangkan kekerasan di Papua. Kemudian daun kering melambangkan waktu yang cepat berjalan dan payung melambangkan kesedihan.
“Ini menunjukkan betapa panjangnya kekerasan yang terjadi di Papua.
Eko berharap, apa yang dilakukannya paling tidak bisa menjadi media informasi yang luas soal apa yang terjadi di Papua. Selain itu seni yang ia pelajari bisa bermanfaat bagi orang lain.[]