More

    Peneliti UGM 17 Hari Meneliti Masa Depan Bumi di Antartika

    Nugroho Imam Setiawan di Antartika. Foto : Nugroho
    Nugroho Imam Setiawan di Antartika. Foto : Nugroho

    YOGYAKARTA, KabarKampus – Nugroho Imam Setiawan, Ph.D., dosen di Departemen Teknik Geologi UGM saat ini tengah melakukan penelitian masa depan planet bumi di Antartika. Kegiatan yang diadakan oleh Japan Antartic Research Expedition (JARE) ini dimulai sejak 27 Desember 2016 dan akan berakhir pada 5 Febuari 2017.

    Selama 17 hari di lapangan, Nugroho telah berada di lokasi yang berbeda. Melalui pesannya kepada UGM ia menceritakan, kelebihan dan kekurangan yang ia jumpai selama fieldwork, baik dari segi geologi, medan, iklim, dan lokasi basecamp.

    Nugroho bercerita, selama melakukan ekspedisi, ia melihat tidak ada tipe batuan lain di lokasi penelitian selain batuan metamorf (gneissik) dan granitoids (pluton maupun pegmatit) ataupun perpaduan keduanya (migmatit). Honeycomb structure ini sering dijumpai pada batuan akibat gerusan angin dengan iklim kering di permukaan batuan.

    - Advertisement -

    Nugroho mengaku setiap hari mereka mengoleksi 10-20 kg sampel batuan dengan jarak tempuh 5-10 km. Basecamp dibangun dengan 1 tenda besar untuk kegiatan bersama (makan dan bekerja), 7 tenda kecil untuk masing-masing peserta ekspedisi dan 2 tenda toilet.

    “Kalau beruntung dapat tempat datar dengan alas pasir kasar hasir dari gerusan angin pada batuan. Karena tidak

    Suasana camp tim peneliti di Antartika : Foto : Nugroho Imam Setiawan
    Suasana camp tim peneliti di Antartika : Foto : Nugroho Imam Setiawan

    ada pilihan lain biasanya dapat alas batu-batu runcing dengan kondisi miring. Baru 1 hari alas tenda  dan matras sudah robek,”katanya saat istirahat selama 1 hari di kapal Shirase, Sabtu, (14/01/2017).

    Menurut Nugroho, pada musim panas kali ini, suhu udara bervariasi dari -5 derajat hingga 5 derajat celcius dengan kelembaban udara 40 hingga 60 %. Beberapa kali tim ekspedisi harus bekerja seharian dalam kondisi -2 derajat ditambah angin dingin dan hujan salju. Sementara itu, pada malam hari menjelang tidur di dalam tenda suhu juga masih -1 hingga 0 derajat. Untunglah mereka membawa sleeping bag hangat sebagai penjamin tidur tetap nyenyak.

    “24 jam nonstop matahari menghajar kami dan membuat wajah menjadi belang kehitaman walaupun sudah pakai sun-blok spf 50++ setiap hari. Kelembaban yang rendah membuat kulit di tepi kuku mudah mengelupas dan perih. Tapi rasa lelah itu tidak sebanding dengan pengalaman, ilmu, dan rasa kagum akan keagungan Tuhan,”urai peneliti UGM ini.

    Ia menambahkan masih ada 1 bulan fieldwork lagi ke depan dan jika cuaca baik ia akan segera kembali ke lapangan untuk 15 hari selanjutnya. Sementara itu, untuk pindah lokasi basecamp, menurut Nugroho, mereka akan diantar dan dijemput dengan 2 helikopter secara bergantian.

    Seperti diketahui, Nugroho Imam Setiawan, terpilih mengikuti kegiatan penelitian masa depan planet bumi di Antartika yang diadakan Japan Antartic Research Expedition (JARE). Nugroho merupakan satu-satunya anggota tim ekspedisi yang berasal dari kawasan Asia Tenggara.

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here