More

    Prodi Sastra UMM Tempa Mahasiswa Bisa Baca Puisi

    Mahasiswa saat pementasan baca puisi. foto: Distya
    Mahasiswa saat pementasan baca puisi. foto: Distya

    Sebanyak 150 mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) membawakan puisi-puisi dari penyair ternama. Mereka membawakannya selama  tiga hari dari tanggal 16 – 18 Januari 2017 di Gedung Kuliah Bersama (GKB) 1 UMM.

    Kegiatan ini merupakan inovasi Ujian Akhir Semester (UAS) mata kuliah membaca puisi di Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia. Pementasan ini mengajarkan mahasiswa untuk bisa ‘membaca’ sastra, bukan hanya membaca secara tertulis saja, tapi juga membaca subtansinya.

    Menurut, Dr Hari Sunaryo Msi, dosen pengampu mata kuliah membaca puisi mengatakan, jika hanya belajar teori tanpa praktek, maka puisi tidak akan bisa hidup. Calon guru bahasa dan sastra Indonesia memang harus bisa menguasai pertunjukkan puisi.

    - Advertisement -

    “Baginya, di sekolah nantinya, guru dituntut menyelenggarakan pementasan puisi,” kata Hari.

    Ia menjelaskan,  pementasan ini merupakan salah satu bentuk ketrampilan riil yang difasilitasi prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Tujuannya, untuk membekali calon guru agar lebih profesional.

    “Tidak mungkin seorang guru bahasa Indonesia tidak bisa membaca puisi. Nah, di Prodi ini kita tempa mahasiswa untuk menjadi profesional,” ungkapnya.

    Hari menuturkan, selain keterampilan membaca puisi, kreativitas mahasiswa juga makin ditingkatkan. Karena semua dikerjakan mahasiswa, mulai dari desain ruangan, alur cerita puisi, pemilihan puisi hingga kostum dan make-up.

    “Jadi, selama 30 menit setiap kelompok akan menampilkan puisi dengan hasil usaha mereka sendiri,” jelas dosen yang juga Wakil Dekan III FKIP UMM itu.

    Indah Rahayuning Tyas, salah satu mahasiswa yang turut serta dalam pementasan mengaku, meskipun sudah satu bulan menjalani masa latihan, dirinya tetap sedikit grogi karena akan ditonton banyak orang.

    “Rasanya campur aduk antara senang akan tampil dan grogi karena takut tidak bisa menyampaikan pesan dari puisi karya Kahlil Gibran,” jelas Tyas, sapaan akrabnya.[]

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here