
BANDUNG, KabarKampus – Rencana pembangunan area Eks Palaguna yang berada di bagian timur alun-alun kota Bandung menjadi perhatian tersendiri bagi komunitas kreatif di Kota Bandung. Hal itu karena bangunan yang pernah menjadi tempat gaul anak muda Bandung pada tahun 1980-an ini akan dibangun mall.
Perhatian ini salah satunya datang dari Fiki Satari, Ketua Bandung Creative City Forum (BCCF) atau Perkumpulan Komunitas Kreatif Kota Bandung. Ketua dari forum dan organisasi lintas komunitas kreatif ini mengaku, sejak awal didirikan yaitu pada tahun 2008, BCCF telah menolak pembangunan eks Palaguna menjadi mall, restoran dan rumah sakit.
“Kami konsisten sejak ketua pertama yaitu Kang Emil (Ridwan Kamil yang sekarang menjadi Walikota Bandung) menyatakan hal yang sama, menolak pembangunan Palaguna menjadi mall, hotel, restoran dan rumah sakit,” kata Fiki dalam diskusi bertajuk Jorowok Alun-Alun Detak Nadi Kota Bandung di kantor BCCF, Bandung, Jumat sore, (03/02/2017).
Menurut Fiki, salah satu ancaman dengan dibangunnya mall di bekas Eks Palaguna adalah menyingkirkan komunitas distro di kota Bandung. Kehadirannya,seperti mall-mall pada umumnya akan diisi oleh brand-brand luar.
“Sedangkan brand-brand lokal yang ada di Sultan Agung atau Trunojoyo, sekarang kontrakannya yang 30 meter sudah mencapai 70 – 100 Juta dan harus dibayar di muka lima tahun. Lalu jika pembangunan mall di lahan Eks Palaguna ini mengatasnamakan ekonomi, lalu ekonomi siapa,” ungkap Fiki.
Sementara itu Aji Santika, dari komunitas Startup Bandung mengatakan, mereka dari komunitas yang menaungi sekitar lebih dari 150 komunitas Startup, membuat suatu statement untuk tidak setuju dengan pembangunan smart city berbasis bangunan, termasuk pembangunan mall. Mereka beranggapan yang perlu dibangun adalah manusianya, karena ruang hanyalah alat.
“Yang perlu dirombak adalah manusianya. Jadi Bandung tidak butuh mall, kata AJI mengomentari rencana pembangunan mall di lahan Eks Palaguna.
Menurutnya, pendapatan dari bisnis ecommerce tahun ini saja mencapai 400 trilyun. Ia beranggapan yang dibutuhkan di Bandung adalah produk yang bisa bersaing di internasional.
Dalam kesempatan tersebut, Aji membandingkan kota Bandung dan San Fransisco di Amerika Serikat. Ia menceritakan, kota San Fransisco tidak memiliki gedung-gedung yang tinggi dan paling tinggi hanya tiga lantai. Sementara yang ramai adalah ruang publik dan masyarakatnya membikin sesuatu di sana.
“Jadi Bandung pontensial untuk jadi kota kreatif seperti San Fransisco, karena memiliki banyak kesamaan,” katanya.[]