Perpustakaan buku, udah biasa. Perpustakaan Kelamin?
Pekan ini, YoT Bandung bersama Lokalisasi Buku akan mengadakan diskusi & bincang novel yang berjudul “Perpustakaan Kelamin” yang ditulis oleh penulis muda Sanghyang Mughni Pancaniti, dimoderatori oleh Jawad Mughofar KH, tak lupa Mughnizar Siagian dan Eggie Ginanjar sebagai pemantik.
Buat temen-temen yang mau ikutan, catat tanggalnya, ya!
Tanggal: Sabtu, 18 Februari 2017
Pukul: 14.00 s.d ngerti
Tempat: KaKa Cafe, Jl. Tirtayasa No. 49 Bandung
Untuk CP, bisa ke 085353920777 (Feru) dan 085721180922 (Garsina)
Ditunggu ya!
*) kamu juga bisa loh bawa buku-buku layak baca kamu untuk didonasikan 🙂
Sinopsis Novel “Perpustakaan Kelamin”
Kini Ibuku selalu telanjang. Tubuhnya kerap berlumur kotorannya sendiri, dan dibasahi oleh air kencingnya. Matanya sesak oleh luka, dihantam sepi. Tak ada lagi rona, tak ada detak, tak ada gairah, tak ada rasa, tak ada hidup, hanya siksa! Ribuan buku yang ia kumpulkan selama 19 tahun di ‘Perpustakaan Kadeudeuh, tiba-tiba hancur oleh sebuah peristiwa kebakaran. Sebab inilah, kecerdasan dan kemanusiaannya luluhlantak dengan sekali pukul! Ibu telah tenggelam dalam keadaan yang lebih mengerikan daripada kematian.
Tanpa kedirian ibu yang utuh, Nasib seperti melesakkanku pada dunia yang paling sakit dan paling duka. Tak ada lagi pergumulan wacana, tak ada lagi pertukaran sudut pandang, tak ada lagi pergulatan penafsiran, tak ada lagi perbincangan tentang dunia buku, antara aku dan ibu. Demi kesembuhan ibu, berbagai jalan telah kulakukan, dari mulai mendatangkan dokter kejiwaan, sampai dengan air doa dari para Kyai. Tapi semua itu tak berguna, ibu tetap tak membaik selama berbulan-bulan.
Sampai akhirnya, ada sabda meruyak keluar dari jiwaku, yang itu kutafsirkan sebagai jalan dari Tuhan, bahwa ibu hanya bisa sembuh jika perpustakaan dibangun ulang. Tapi dengan cara apa aku mengumpulkan ribuan buku? Aku miskin, tak punya apa-apa. Jika aku meminta uang atau sumbangan melalui proposal, ini akan sangat mengkhianati amanat ibu. Dalam hal mengumpulkan buku, aku diharamkannya meminta. Karena ribuan buku yang ia kumpulkan, adalah dari hasil menjual singkong dan jagung. Berkorban!
Maka aku memutuskan untuk bekerja, mencari uang, membeli buku sedikit demi sedikit, selama berbulan-bulan. Akan tetapi, melihat keadaan ibu yang tak berubah, rasa putus asa menghantamku habis-habisan. Seketika ada nama Kang Ulun melintas di pikiranku, dia adalah sahabatku yang sedang membutuhkan donor kelamin, dan akan memberi tebusan uang sebesar 1,5 Milyard. Uang itu pasti sangat cukup untuk membangun kembali Perpustakaan, bahkan bisa jauh lebih megah dan mewah. Demi Ibu dan buku, beranikah aku untuk menghancurkan kelaminku? Sebuah organ yang berbentuk sepele tapi segala-galanya itu?
Testimoni
“Yang paling real di benak kita, selain Tuhan, adalah tanya. Di buku ini arti tanya dicoba untuk dieksplorasi dengan kekuatan Sastra. Ruh Novel ini mengajak kita menuju satu maqom, dimana tanya tak sekedar bahasa.”
-Fauz NooR-
(Penulis Tapak Sabda)
“Membaca perpustakaan kelamin adalah menelusuri jejak kehidupan yang begitu reflektif, menapaki jejak peradaban yang disembunyikan. Tuhan telah meniupkan ruh beserta rasionalitas, melalui karya ini kita akan menggunakan anugerah Tuhan ini.”
-Nur Sayyid Santoso Kristeva-
(Penulis Buku Negara Marxis dan Revolusi Ploretariat)
“Sebagai ibu, awalnya saya merasa deg-degan melihat judul Novel ini. Saya takut Mughni menulis sesuatu yang porno, picisan, dan binal. Namun ketika saya menyelami alur kisahnya, dimana Buku dan Kelamin dipertarungkan demi seorang Ibu, maka saya memutuskan untuk menyimpan doa di pundak Mughni, agar ia mampu melanjutkan kisah ini di buku kedua.”
-DR. Heny Gustini Nur’aeni M..Ag-
(Ibunda Penulis)
“Novel ini menarik kita diskusikan sambil minum kopi, dimana simbol yang me wakili ‘Peradaban Agung’ (Perpustakaan/Buku), dan yang mewakili nomenklatur mentalitas ‘Kebudayaan Rendah’, dipertemukan.!”
-Shiny.ane el’poesya-
(Penulis Manuskrip Puisi 50.000 Ma(wa)’r)