More

    AMP Semarang Peringati “Peristiwa Biak Berdarah”

    AMP Semarang menggelar longmarch dari Patung Kuda, Undip, hingga Simpang Lima Semarang, Jawa Tengah, Kamis, (06/07/2017).

    SEMARANG, KabarKampus – Sekitar dua puluh mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Papua Semarang-Salatiga kembali menggelar aksi damai memperingati Peristiwa Biar Berdarah. Dalam aksi ini mereka melakukan longmarch dari Patung Kuda, Undip, hingga Simpang Lima Semarang, Jawa Tengah, Kamis, (06/07/2017).

    Aksi ini digelar untuk menuntut pemerintah Indonesia dan PBB menyelesaikan masalah yang yang berlangsung di Kota Biak pada 6 Juli 1998. Dalam peristwa yang dikenal dengan Biak Berdarah tersebut terjadi pembantaian terhadap masyarakat Papua di sana.

    Lucky Frengky Yelipele, Kordinator Aksi mengatakan, peristiwa berdarah tersebut terjadi akibat tindakan aparat negara yang berlebihan terhadap aksi pengibaran bendera Bintang Kejora secara damai. Dalam peristiwa itu memakan korban sebanyak 230 orang.

    - Advertisement -

    “Mereka diantaranya 8 orang meninggal; 8 orang hilang; 4 orang luka berat dan dievakuasi ke Makassar; 33 orang ditahan sewenang-wenang; 150 orang mengalami penyiksaan; dan 32 mayat misterius ditemukan hingga terdampar di perairan Papua New Guinewa (PNG),” kata Lucky.

    Oleh karena, Lucky dan kawan-kawan menuntut kepada Rezim Jokowi-JK serta Perserikatan Bangsa-Bangsa, untuk bertanggung jawab atas tragedi Biak Berdarah 1998 itu. Karena peristiwa tersebut telah menewaskan ratusan nyawa manusia dan rentetan pelanggaran HAM lainnya di Papua.

    “Selain itu kami juga meminta agar pemerintah Indonesia membuka ruang demokrasi seluas-luasnya dan berikan hak menentukan nasib sendiri bagi rakyat Papua sebagai solusi demokratis,”  ungkap Lucky.

    Tak hanya itu, dalam kesempatan tersebut juga, mereka meminta agar pemerintah Indonesia menarik militer (TNI-Polri) organik dan non-organik dari seluruh Tanah Papua. Kemudian menutup Freeport, BP, LNG Tangguh dan MNC, dan perusahaan lainnya.

    “Mereka merupakan dalang kejahatan kemanusiaan di atas Tanah Papua,” kata Lucky.

    Selanjutnya Ney Sibolim menambahkan, rakyat Indonesia harus mengetahui apa yang mahasiswa Papua suarakan adalah tentang apa yang terjadi di tanah Papua. Mereka tidak memerangi manusia, melainkan berjuang melawan sistem kolonialisme, kapitalisme dan militerime.

    “Kami ingin bebas, berdaulat di atas tanah air kami West Papua,” jelas Ney.

    Aksi ini sendiri berlangsung lancara dan damai dengan pengawasan puluhan anggota dari  Polrestabes Semarang.[]

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here