Masyarakat patut waspada pada tikus. Hewan pengerat yang satu ini merupakan salah satu agen dalam penyebaran penyakit menular pada manusia.
Aktivitas mereka yang kerap bersinggungan dengan manusia membuatnya memiliki potensi tinggi menularkan penyakit. Beberapa penyakit yang ditularkannya ke manusia (zoonosis) diantaranya pes, leptospirosis, salmonelosis, typus, dan penyakit kecacingan.
Penyakit kecacingan sendiri memang kurang mendapat perhatian yang serius dari masyarakat, tetapi ternyata dapat menimbulkan efek yang merugikan bagi kesehatan. Dari hasil penelitian tim peneliti dari Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Institut Pertanian Bogor (IPB), diperoleh informasi identifikasi spesies cacing yang ditemukan dan gambaran infeksi cacing pada tikus.
Tim peneliti FKH ITB ini terdiri dari Dr. drh. Risa Tiuria, drh. Ridi Arif, dan Herianto Sitepu. Mereka melakukan riset untuk melihat jenis-jenis cacing pada organ tubuh tikus got (Rattus norvegicus) dan tikus rumah (Rattus tanezumi).
Dua spesies tikus ini diteliti, karena hidup serta habitatnya sangat dekat dengan manusia. Kedekatan tersebut memungkinkan makanan dan air yang dikonsumsi manusia mengandung feses yang dikeluarkan oleh tikus.
Penularan langsung dapat disebabkan oleh air atau makanan yang terkontaminasi oleh telur cacing. Sedangkan penularan tidak langsung terjadi melalui perantara lalat pinjal, dan nyamuk.
Dr. Risa memaparkan, bahwa berdasarkan berbagai riset dari beberapa peneliti terdahulu, hampir seluruh organ tubuh tikus sudah terinfeksi oleh penyakit infeksius (berbahaya), terutama penyakit kecacingan. Beberapa penyakit kecacingan yang disebarkan dengan perantara tikus yaitu himenolepiasis, strobilocerkosis, dan penyakit meningocephalitis.
Dari riset ini, cacing yang teridentifikasi pada tikus got adalah cacing pita tikus (Hymenolepis diminuta), Nippostrongilus brassiliensis, Angiostrongylus cantonensis, dan Strobilocercus. Sedangkan cacing yang teridentifikasi pada tikus rumah yaitu Hymenolepis diminuta.
Selain itu menurut Herianto, salah satu peneliti, mereka juga ditemukan Angiostrongylus cantonensis, yaitu cacing zoonosis yang menyebabkan penyakit meningoensefalitis Strobilocercus, yang ditemukan pada organ hati tikus. Sementara Hymenolepis diminuta dan Nippostrongilus brassiliensis ditemukan pada organ usus, dan Angiostrongylus cantonensis pada organ jantung hewan pengerat ini.
“Cacing yang ditemukan dalam penelitian ini hampir semua bersifat zoonosis. Gambaran infeksi pada tikus yaitu infeksi tunggal, infeksi dan jumlah cacing lebih banyak pada tikus dengan umur dewasa dan tikus jantan,” pungkasnya.[]