Tarian Indonesia merupakan warisan budaya yang harus dilestarikan. Karena warisan budaya non bentuk ini akan punah bila tidak ada penerusnya. Di sisi lain, beragam tarian kreasi juga muncul yang dikhawatirkan akan menggerus keaslian tarian klasik itu sendiri.
Kondisi ini menjadi keresahan Harry Nuriman,M.Si., dosen ITB dari Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) Institut Teknologi Bandung (ITB). Harry Nuriman mulai melakukan penelitian. Ia berusaha agar tarian nusantara bisa didokumentasikan dalam bentuk file digital.
Dengan bantuan teknologi motion capture, Harry kemudian mendokumentasikan tarian Topeng Cirebon sebagai pilot project. Penelitian Harry tentang tari Topeng Cirebon menggunakan teknologi motion capture dimulai tahun 2016.
Ia membutuhkan waktu sekitar enam bulan untuk memproses tarian topeng budaya dari kota Cirebon dalam bentuk digital. Di bawah supervisi maestro tari, yakni Irawati Durban, digitalisasi tarian topeng diharapkan benar-benar dapat terjamin keasliannya
“Tujuan awal dari penelitian ini sebenarnya agar beberapa warisan bangsa ini tidak ikut punah ketika penerusnya telah tiada,” ungkap Harry.
Metode penelitian Harry Nuriman ini telah dipatenkan pada tahun 2017 lalu. Namun dibalik itu, Ia mengaku sempat mengalami kendala. Di antaranya adalah teknologi motion capture yang cukup baru dan terus mengalami perkembangan secara cepat.
Ia berharap, akan ada pihak yang akan melanjutkan apa yang selama ini dirinya tekuni. Sehingga semakin banyak warisan budaya bangsa Indonesia yang terdokumentasi secara digital.
“Teknologi motion capture dapat memudahkan anak bangsa untuk belajar budaya tarian tradisional Indonesia tanpa terkendala waktu, jarak dan biaya. Saya berharap siapapun dapat dengan mudah mempelajari tarian budaya tradisional yang merupakan warisan besar bangsa Indonesia ini,” ucap Harry, Senin (26/03/2018).
Teknologi motion capture merupakan sebuah teknologi untuk menangkap atau mendokumentasikan gerakan-gerakan, yang menghasilkan model digital dalam bentuk vektor. Output dari motion capture adalah bisa disajikan dalam bentuk file interaktif dari sebuah model tiga dimensi digital yang bisa dimainkan 360 derajat.
Berbeda dengan video, hasil dari motion capture dapat dilihat dari segala arah, sehingga dapat melihat gerakan yang tidak tertangkap kamera video. Teknologi motion capture, selain dimanfaatkan sebagai media pembelajaran dan pelestarian budaya tari, juga dapat mengembangkan industri kreatif Indonesia. Sebagai contoh dalam pembuatan film laga, koreografi bela diri bisa dipelajari melalui file motion capture.
Selain menghemat biaya, waktu dan tenaga aktor, gerakan para pemain bisa dikloning dengan menggabungkan teknologi computer-generated Imagery (CGI). Sehingga tidak membutuhkan banyak pemain film.
Tidak hanya itu, teknologi motion capture ini sudah dikembangkan untuk industri game yang bersifat edukatif. Bahkan lebih jauh lagi, bisa dimanfaatkan untuk membuat permainan interaktif tentang tarian tradisional klasik di Indonesia.
Saat ini, Harry juga mulai mendigitalisasi gerakan pencak silat yang menurutnya mulai ditinggalkan generasi muda. Baginya, dengan semakin banyak warisan budaya yang terdokumentasi secara digital, maka dapat dihindari kepunahan warisan budaya bangsa Indonesia tersebut.
“Selain itu, melalui teknologi digital, budaya asal Indonesia dapat dikenal di seluruh dunia. Kekhawatiran klaim budaya tarian tradisional Indonesia oleh bangsa asing diharapkan tidak terjadi lagi,” pungkas Harry.[]