BANDUNG, KabarKampus – Dosen Telkom University menemukan sebuah metode yang dapat menghemat biaya listrik. Metode tersebut mampu menghemat listrik atau Economic Dispatch (ED) hingga sebanyak 2,2 Milyar.
Dialah Jangkung Raharjo. Temuannya yang ia namakan dengan Coarse to Fine Search (CFS) disinyalir mampu menanganai permasalahan penghematan biaya listrik.
Temuan ini diperolehnya pada saat studi Program Doktor di Insitutut Teknologi Sepuluh November (ITS), Jumat, (30/03/2018) kemarin. Dipromotori oleh Prof Dr Ir Adi Soeprijanto MT dan Dr Ir Hermagasantos Zein MSc, ia berhasil membuktikan bahwa metode CFS dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah ED tersebut dengan jaminan konvergensi yang metode ini berikan.
Dalam kesempatan tersebut ia menjelaskan, Jangkung ini menjelaskan masalah Economic Dispatch merupakan masalah multidimensi yang bergantung pada jumlah pembangkit yang dilibatkan. Hal tersebut menyebabkan optimalisasi biaya pembangkitan pada sistem tenaga berskala besar menjadi sebuah masalah yang rumit.
“Metode yang selama ini digunakan belum mencapai biaya yang terendah namun sudah berhenti,” tegasnya.
Dari hasil presentasinya Jangkung menjelaskan masalah penghematan biaya listrik bergantung pada jumlah pembangkit yang dilibatkan. Hal itu berdampak pada optimalisasi biaya yang rumit pada skala besar.
“Diluar dua metode itu saya melihat ada metode lain yang masih bisa di kembangkan. Disebut Coarse To Fine Search. Selama ini metode ini digunakan pada pergerakan sinyal video dan hanya terbatas pada 3 dimensi. Saya kembangkan supaya bisa diterapkan pada multi dimensi. Kita terapkan tidak hanya pada pengolahan sinyal video tapi pada pembangkit listrik,” ungkap Jangkung.
Jangkung yang dulu sempat mengambil jurusan Magister Telekomunikasi, menyatakan bahwa ada similaritas antara variable pengolahan video dan variable dalam ED. Menurutnya metode ini dapat membantu mengurangi kompleksitas sistem pembangkit dan mempercepat waktu komputasi.
Selain itu, metode ini memberikan jaminan konvergensi. Artinya dia bisa sampai pada titik yang dituju (terendah jika memang tujuan kita mencari biaya yang terendah). Karena metode ini bisa untuk multi dimensi, maka Jangkung memberinya nama Multi Dimension Coarse To Fine Search.
Jangkung menjelaskan beberapa keunggulan dari metodenya ini, metode ini ia kembangkan dari yang sebelumnya maksimum 3 dimensi, menjadi berbagai dimensi serta dapat diterapkan pada fungsi objektif atau fungsi matematik yang dapat diturunkan maupun yang tidak dapat diturunkan. Ketiga metode ini memberikan jaminan konvergensi. Hal ini sebagai perbaikan metode yang sudah ada.
Pengujian sistem telah dilakukan pada tegangan 500 kilovolt (kV). Pengujian yang ditanamkan pada sistem tenaga Jawa-Bali ini menghasilkan sebuah fakta bahwa metode yang ditemukan Jangkung yaitu CFS sedikit banyak membantu permasalahan ED.
“Pertama saya uji untuk 8 pembangkit, 8 dimensi. Kita uji untuk sistem Jawa-Bali, hasilnya bagus. Di uji lagi dengan 47 pembangkit, hasilnya ternyata bagus juga,” pungkasnya.
Hasilnya berdasarkan yang diungkapkan Jangkung, metode ini mampu menghemat biaya pembangkit listrik hingga Rp2,2 Milyar per jam. Selama ini biaya pembangkitan listrik di Jawa-Bali mencapai di atas 8,4 milyar per jam.
Sedangkan dengan metode ini, biaya yang dikeluarkan bisa mencapai 6,2 milyar per jam. Terjadi penghematan 2,2 milyar per jam. Namun yang jadi persoalan adalah bagaimana metode ini dapat diaplikasikan kepada satu perangkat.
“Ini yang kita sedang tindak lanjuti,” tutupnya.[]