More

    Beras Analog Mahasiswa UB Siap Terbang ke India

    Alfisah Nur Annisa A., Widya nur habiba, Annisa Aurora Kartika, Joko Tri Rubiyanto dan Bagas Teja Kusuma Menunjukkan Hasil Karyanya Berupa Beras Analog Nabu. Dok. IPB

    Mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) berhasil mengembangkan Beras Analog berbahan pangan lokal sagu, jagung dan umbi porang. Beras dinamakan NABU ini dikembangkan untuk mengatasi kelaparan dan meningkatnya kebutuhan beras di Indonesia.

    Mereka adalah Alfisah Nur Annisa, Widya Nur Habiba, Annisa Aurora Kartika, Joko Tri Rubiyanto dan Bagas Teja Kusuma. Saat ini karya mereka lolos dalam kompetisi pangan dunia “The International Union of Food Science and Technology (IUFoST) Product Development Competition 2018 yang akan berlangsung di Mumbai India 23-27 Oktober 2018.

    Menurut Alfisah, beras analog ini dapat dikonsumsi sebagai bahan pangan pokok pengganti beras pada umumnya. Sehingga dapat mengurangi import beras seperti pada tahun 2016 yang jumlahnya mencapai 128 ton. Selain itu juga, beras analog ini dapat mengatasi kelaparan seperti yang terjadi pada suku Asmat di Papua pada Januari 2018 lalu.

    - Advertisement -

    Selanjutnya tambah Alfisah, kelebihan beras analog NABU ini dibandingkan dengan beras lainya adalah kandungan nutrisinya lebih lengkap dari beras pada umumnya. Sehingga dapat mengatasi kelaparan di Indonesia yang merupakan negara dengan urutan ke 12 menurut Global Hunger Index dalam kondisi kelaparan dan undernutrisi. Namun karena memiliki kadar glikemik indeks yang rendah Beras NABU dapat mencegah penyakit diabetes.

    Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan NABU berasala dari pangan lokal, mudah tumbuh dan ditemukan di Indoensia meskipun dalam kondisi ekstrim. Proses pembuatan NABU pun relatif mudah.  Jagung, sagu dan umbi porang sebelumnya di buat tepung, di campurkan dengan berbagai perbandingan selanjutnya di kukus, dibentuk dan dikeringkan hingga berbentuk bulir beras.

    Sementara itu, kompetsi yang bakal diikuti oleh tim NABU adalah kompetisi ilmiah dua tahunan tingkat dunia di bidang pengembangan produk pangan. Tahun ini tema yang diangkat adalah “25 Billion Meals a Day by 2025 with Healthy, Nutritious Safe and Diverse Food”.

    Untuk melaju dalam kompetisi tersebut,, Alfisah dan kawan-kawan berhasil menyisihkan tiga ribu kontestan lain dari 70 negara. Mereka maju sebagai finalis bersama delapan tim lainnya dari China, Amerika Serikat, Brazil, India, Uganda, Kenya, United Kingdom dan Perancis.[]

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here