AUSTRALIA, KabarKampus – Apakah fosil berbentuk oval aneh ini merupakan fosil tanaman? Jamur atau amuba raksasa? Atau suatu bentuk evolusi yang gagal?
Ternyata bukan. Identitas fosil yang jadi misteri terbesar evolusi ini akhirnya terungkap melalui ekstraksi molekul lemak dari spesimen berusia 558 juta yang ditemukan di Rusia.
Fosil ini dipastikan fosil hewan.
Makhluk dalam bentuk fosil, yang dikenal sebagai Dickinsonia, ini salah satu hewan pertama yang diketahui dalam catatan geologis.
Penemuan yang diterbitkan dalam Jurnal Science hari Jumat (21/9/2018), mengakhiri perdebatan selama 75 tahun tentang sifat organisme yang diperkirakan hidup antara 570 juta dan 540 juta tahun silam.
Fosil tersebut ditemukan tahun 2013 oleh mahasiswa PhD Ilya Bobrovskiy di dinding tebing Laut Putih di Rusia.
“Fosil awal yang kami temukan memiliki lapisan materi organik yang tebal sehingga saya langsung bahwa fosil dari lapisan ini akan menjelaskan apa itu Dickinsonia,” kata Bobrovskiy.
Bobrovskiy membawa fosil ke laboratorium Jochen Brock di Australian National University (ANU) untuk dianalisis.
“Saya tak percaya dia memiliki fosil-fosil menakjubkan ini. Saya pikir tidak mungkin ada,” ujar Dr Brocks kepada ABC.
Namun firasat Bobrovskiy ternyata benar. “Fosil itu penuh dengan kolesterol, yang merupakan ciri khas seekor hewan,” jelas Dr Brocks.
Biota Ediacaran
Dickinsonia adalah makhluk berbadan lunak yang termasuk dalam kelompok 80 organisme yang dikenal sebagai biota Ediacaran.
Mereka hidup pada saat kehidupan tiba-tiba berubah ukuran menjadi sangat besar, dari organisme mikroskopis menjadi makhluk ukuran 2 meter.
“Biota Ediacaran terjadi ketika ukuran makhluk hidup menjadi sangat besar, sangat cepat,” jelas Dr Brocks.
“Kemudian 540 juta tahun silam, mereka punah,” tambahnya.
Setelah itu, katanya, kita mulai melihat fosil hewan yang memiliki cakar, pelindung besi dan gigi yang dikenal sebagai periode Kambrium.
“Jika kita ingin memahami dari mana asal-muasal kita, bagaimana hewan berevolusi, kapan mereka berevolusi, kita sangat perlu memahami apa makhluk aneh ini,” ujar Dr Brocks.
Fosil Ediacaran pertama ditemukan di Bukit Ediacara di Flinders Ranges pada tahun 1946.
Sejak itu, para ilmuwan memperdebatkan apakah fosil Ediacaran adalah sisa-sisa lumut, jamur, amuba raksasa, hewan atau hanya bentuk evolusi yang gagal.
Sisa lemak di bebatuan purba
Untuk mengungkap misteri ini, tim peneliti berusaha menemukan tanda-tanda kimiawi dari molekul dalam bahan organik yang tersisa setelah makhluk itu membusuk di dasar laut dangkal.
“Yang paling keras dan terawetkan paling lama adalah lemak. Molekul-molekul ini bisa sangat stabil selama jutaan tahun,” jelas Dr Brocks.
Untuk mendapatkan sampel, tim meneteskan asam ke permukaan batu dan membuang potongan-potongan bahan organik, yang kemudian ditempatkan ke pelarut dan dianalisis tanda-tanda kimiawinya.
Peneliti kemudian membandingkan tanda kimiawi yang menyelimuti fosil-fosil itu dengan yang ada di alas mikroba atau ganggang yang mengelilingi fosil.
“Kami menemukan tanda jelas dari molekul ganggang hijau dan menemukan tanda-tanda kolesterol ini,” katanya.
Kolesterol sangat penting untuk fungsi setiap sel dalam tubuh hewan.
“Hanya hewan yang memiliki konsentrasi tinggi seperti ini,” kata Dr Brocks.
John Volkman, seorang pakar biomarker lipid, mengatakan penelitian ini sangat berkualitas dan tidak mungkin terkontaminasi.
“Dari pola steroid yang mereka temukan kemungkinan besar ini hewan, bukan organisme lain,” kata Dr Volkman.
Dia mengatakan sedimen pada periode usia tersebut biasanya memiliki tanda kimiawi 29 atom karbon.
“Itu biasanya dikaitkan dengan ganggang hijau, yang berkembang pada waktu itu,” kata Volkman.
Kolesterol memiliki tanda kimiawi 27 atom karbon.
Dia mengatakan fosil ini sangat terawetkan sehingga bahkan ada tanda-tanda pembusukan bakteri dari molekul lemak.
Kehidupan Ediacaran di Australia
Ahli fosil Palaeontologi dan Ediacaran Jim Gehling dari Museum Australia Selatan menyatakan selama ini dia termasuk paleontolog yang berpendapat bahwa organisme Ediacaran adalah hewan.
“Dickonsonia seperti ‘keset hidup’ yang bergerak kesana kemari di lapangan, membunuh rumput di bawahnya dan mungkin mencernanya berpindah ke situs lainnya,” jelasnya.
“Selama bertahun-tahun komunitas paleontologi menyebut fosil-fosil biota Ediacaran sebagai anggota kerajaan yang hilang. Yaitu bentuk evolusi yang gagal dalam sejarah kehidupan,” kata Dr Gehling.
“Kurangnya bagian keras, kerangka mineral, atau perangkat hewan yang lazim, membuat kebanyakan ahli paleontologi mengklaim bahwa asal-usul hewan adalah Ledakan Kambrium kehidupan hewan laut,” paparnya.
Namun, katanya, munculnya hewan yang lebih agresif tak hanya menghancurkan bukti makhluk berbadan lunak tapi juga menyebabkan kepunahan mereka.
“Organisme yang paling murni hilang dari catatan fosil dalam 500 juta tahun terakhir kehidupan di Bumi,” ujarnya.
Dr Gehling mengatakan penelitian Bobrovskiy dan timnya tak akan bisa direplikasi untuk fosil yang ditemukan di Australia Selatan.
“Lapisan fosil Ediacaran kita yang kaya dan beragam, hanya menyimpan jejak hewan laut bertubuh lunak ini di batu pasir. Mereka tak menyimpan sisa-sisa bahan kimiawi organik,” jelasnya.
Sumber : ABC AUSTRALIA