More

    Anak Petani Jadi Lulusan Terbaik di Stikes Ahmad Yani

    Dwi Ardianto menyampaikan sambutan mewakili wisudawan Stikes A Yani di Sabuga Bandung, Kamis, (04/10/2018). Foto : Fauzan

    BANDUNG, KabarKampus – Menyampaikan pidato di hadapan civitas akademika di upacara wisuda merupakan kebanggaan tersendiri bagi seorang wisudawan. Karena dari ratusan orang wisudawan hanya satu yang diberi kepercayaan untuk naik ke podium kehormatan tersebut.

    Hal itu dirasakan oleh Muhammad Dwi Ardianto, Sarjana S1 Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (Stikes) Jenderal Ahmad Yani. Ia adalah satu dari 764 wisudawan yang diberi kesempatan untuk menyampaikan sambutan di upacara wisuda Stikes A Yani tahun akademik 2017/2018 di Sabuga Bandung, Kamis, (04/10/2018).

    Kesempatan yang diberikan kepadanya bukan tanpa alasan. Ia merupakan mahasiswa dengan IPK paling tinggi pada jenjang S1 dan D3 di Stikes A Yani. Wisudawan yang biasa dipanggil Dwi tersebut meraih IPK 3,91 atau lulus dengan pujian.

    - Advertisement -

    “Rasanya ngga nyangka punya IPK paling tinggi. Karena di awal saya kurang tertarik masuk Prodi Ilmu Keperawatan. Namun karena mendapat dukungan orang tua, saya jadi punya keinginan untuk membanggakan mereka. Selain itu saya rupanya menikmatinya,” kata Dwi usai upacara wisuda.

    Laki-laki asal Tuban, Jawa Timur ini mengaku, pada semester pertama, IPKnya biasa saja atau bukan yang terbaik. Namun ketika ia masuk organisasi Himpunan Mahasiswa Ilmu Keperawatan, semangat belajat makin tumbuh.

    Dwi ketika itu bertemu dengan lima mahasiswa di Hima Ilmu Keperawatan yang saling mendorong untuk belajar dan saling mengisi kekosongan. Seperti pada saat akan ujian, mereka akan belajar bersama untuk saling sharing hal-hal yang tidak dipahami dan siapa yang paling mengerti.

    Dwi menjelaskan, mereka yang kurang mengerti dapat bertanya dan yang mengerti dapat menjelaskannya. Mereka menamkankan grup itu dengan “Taman Grup Kedokteran”.

    “Kuncinya mendapat IPK bagus itu, pertama adalah doa orang tua. Kemudian kedua cari teman sharing yang saling mengingatkan dan teman yang mengajak kita ke sebuah kebaikan,” ungkap Dwi  yang pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Hima dan Ketua Divisi Organisasi dan Kajian Strategi Organisasi di Hima Keperawatan Stikes A Yani ini.

    Anak Seorang Petani

    Dwi bersama kedua orang tuannya. Foto : Fauzan

    Dwi lahir dari orang tua yang berprofesi sebagai petani. Ayahnya yang bernama Jais sehari-hari menggarap sawah. Begitu juga Ibunya yang bernama Musirah yang juga kesehariannya menggarap sawah.

    Namun Dwi mengaku, kedua orang tuanya itulah yang mendorongnya memilih Ilmu Keperawatan di Stikes Jenderal Ahmad Yani. Dukungan dan dorongan itu, menurut Dwi yang memotivasinya untuk memberi hadiah berupa IPK paling tinggi di kampus.

    “Mungkin baru sedikit membanggakan. Tapi setidaknya saya sudah bikin mereka tersenyum,” ungkap Dwi.

    Sementara itu Jais, ayah Dwi mengaku, bangga anaknya bisa memiliki IPK paling tinggi. Apalagi Dwi adalah anak seorang petani.

    “Saya bangga anak petani bisa punya IPK tertinggi,” ungkapnya di sela-sela upacara wisuda.

    Jais menjelaskan, pada awalnya ia memang sengaja mendorong Dwi masuk kuliah Ilmu Keperawatan, karena bisa membantu sesama. Rumah Sakit di desanya juga jauh.

    “Selain itu saya juga mengharapkan kehidupannya lebih baik dari bapaknya. Saya ini sehari-hari menggarap sawah. Cukup untuk makan saja,” ungkapnya.

    Rencana Dwi 

    Setelah mendapat gelar sarjana Ilmu Keperawatan, Dwi rencananya akan kuliah lagi mengambil Program Profesi Ners. Setelah itu, ia ingin bisa bekerja satu atau dua tahun dan kemudian mengambil gelar Master Ilmu Keperawatan.

    “Setelah menjalani pendidikan di Ilmu Keperawatan, saya termotivasi menjadi pendidik. Karena dengan menjadi pendidik, saya bisa sharing dengan yang lebih muda dan bisa awet muda,” ungkapnya.

    Sementara itu untuk dunia keperawatan, ia berharap, perawat bisa sejahtera dengan bayaran yang sesuai dengan kinerjanya. Perawat kerjanya 24 jam dan dia harus senyum, salam, dan sebagainya.

    “Perawat itu layak mendapatkan penghasilan yang sesuai,” harap Dwi.[]

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here