More

    Cerita Mahasiswa Unla Menjadi Relawan di Palu

    Kegiatan Ridho bersama relawan Jawa Barat saat menyelesaikan misi tanggap darurat di Palu, Sulawesi Tengah. Dok FK-KBPA-BR

    BANDUNG, KabarKampus – Ridho Faturahman, Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Langlangbuana (Unla) menjadi salah satu relawan yang telah menyelesaikan misi tanggap darurat di Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah. Ridho ditugaskan oleh UKM Mapella Unla untuk sebagai relawan kemanusiaan di lokasi bencana.

    Dalam menjalankan misinya, Ridho bergabung bersama Forum Komunikasi Keluarga Besar Pecinta Alam Bandung Raya (FK-KBPA-BR) melalui koordinasi Relawan Jabar. Selain Ridho, ada beberapa mahasiswa dari universitas lain yang diberangkatkan oleh Ridwan Kamil, Gubernur Jabar dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Jawa Barat (BPBD Jabar).

    Ridho bercerita, ketika berada di Palu atau daerah terdampak, evakuasi jenazah korban bencana merupakan salah satu tugas utama dirinya bersama relawan lain di lokasi bencana. Ketika itu kondisi jenazah banyak yang sudah membusuk dan tidak utuh, sehingga sulit dikenali.

    - Advertisement -

    “Ini alasan evakuasi harus sesegera mungkin dilakukan,” kata Ridho usai menyelesaikan misi tanggap darutat, (24/10/2018).

    Namun ungkapnya, evakuasi ini tidak bisa dilakukan secara manual, tetapi harus menggunakan alat berat dikarenakan medan yang sulit dijangkau. Penyediaan alat berat ini merupakan hasil koordinasi dengan Basarnas Kota Palu dan Gorontalo.

    Ridho juga bercerita, saat berada di sana, masih terjadi gempa susulan 5,3 skala richter. Meski tidak terlalu parah, namun menimbulkan trauma pada masyarakat.

    Sehingga, kata Ridho, mereka tidak hanya melakukan evakuasi korban, namun juga melakukan trauma healing, dan berbagi ilmu kebencanaan, dan melakukan pendampingan kepada masyarakat. Kondisi pengungsi ketika itu masih bergantung kepada donatur, pemerintah, dan NGO dari beberapa negara lain yang mengirimkan bantuan kemanusiaan.

    Bagi Ridho, menjadi relawan kemanusiaan merupakan amal ibadah kepada Allah SWT dan juga bentuk pengamalan dari Tri Dharma Perguruan Tinggi. Karena ia melihat di lapangan, hanya segelintir pihak saja yang secara sukarela memberikan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk membantu para korban.

    Setelah masak tanggap darurat, lanjut Ridho, adalah masa transisi. Selama masa transisi akan ada rehabilitasi dan rekonstruksi pembangunan, seperti pembangunan sarana umum, sanitasi, MCK. Ridho berharap agar pihak-pihak terkait dapat terlibat membantu dalam berbagai hal, baik itu dukungan moril maupun materil, perizinan, dan sebagainya.

    Dukungan Kampus

    Kombes Pol (purn) Ruhanda, Wakil rektor II Unla sangat mendukung apa yang telah Ridho lakukan. Baginya apa yang mahasiswa lakukan merupakan bentuk bantuan kemanusiaan

    “Ini dapat memotivasi mahasiswa lainnya dalam menumbuhkan empati untuk lebih peduli pada lingkungan, termasuk pada keadaan-keadaan bencana seperti ini,” terangnya.

    Selanjutnya Ruhanda menjelaskan, selama ini mahasiswa Unla, selain diberikan pengetahuan akademis sesuai dengan program studinya, juga mendapat berbagai wawasan. Seperti pengetahuan dan nilai-nilai positif yang bermanfaat untuk kehidupan sosial kemasyarakatan.

    “Mahasiswa kami bekali dengan pengetahuan akademik dan bersifat kemasyarakatan, supaya saat terjun di lapangan, mereka segera dapat menyesuaikan diri, beradaptasi dan berkolaborasi dengan baik,” terang Ruhanda.

    Gempa dan tsunami yang terjadi Palu dan Donggal berlangsung pada (28/09/2018). Dalam laporan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada (20/10/2018), akibat bencana tersebut tercatat 2.113 orang meninggal dunia, sebanyak 1.309 orang hilang, 4.612 orang luka-luka dan sebanyak 223.751 orang mengungsi.[]

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here