Tim Institut Teknologi Bandung (ITB) menemukan fakta baru terkait mekanisme likuifaksi di lokasi bencana gempa bumi di Palu, Sulawesi Tengah. Dalam survei yang telah dilakukan, tim menemukan mekanisme likuifaksi pada di lokasi bencana terjadi secara berbeda-beda.
Dalam survei ini tim ITB tidak sendiri, mereka menggandeng Pusat Studi Gempa Bumi Nasional (PusGen), Puskim Kementrian PUPR, Himpunan Ahli Teknik Tanah Indonesia (HATTI) dan Geotechnical Extreme Event Reconnaissance (GEER) dari Amerika. Survei dilakukan pada 13-18 November 2018.
Dari ITB, tim yang mengikuti survei ialah Prof. Masyhur Irsyam, sebagai Ketua KK Geoteknik ITB, dan Nuraini Rahma Hanifa dari Pusat Penelitian Mitigasi Bencana (PPMB) ITB.
Menurut Prof. Masyhur Irsyam, Ketua KK Geoteknik ITB mengatakan, dalam survei tersebut mereka menemukan, mekanisme likuifaksi yang terjadi berbeda-beda di sejumlah kawasan gempa. Meski demikian, ada kemiripan di Petobo, Jono Oge, Lolu dan Sibalaya, serta lokasi-lokasi tersebut dekat dengan secondary fault.
Sedangkan di Balaroa terletak yang terletak dekat dengan main fault Palu Koro dan kemungkinan fenomena yang terjadi di Balaroa berbeda, dibandingkan empat tempat lainnya. Keberadaan primary fault Palu Koro sudah dipetakan, sedangkan secondary fault ini perlu diinvestigasi lebih lanjut.
“Dari temuan lapangan, di perkiraan likuifaksi terjadi di semua kondisi extreme di atas,” tambah Prof. Masyhur dalam rilis yang dikeluarkan ITB, Jumat, (23/11/2018).
Menurut Prof. Mansyur, tujuan survey kali ini adalah untuk memahami fenomena likuifaksi yang terjadi pada gempa Palu 2018. Kemudian memahami penyebab ground failure dan extreme ground displacement di Balaroa, Petobo, Jono Oge, Lolu, dan Sibalaya.
“Melakukan investigasi kondisi geoteknik di daerah-daerah tersebut, meng-update progress dan mengumpulkan data penyelidikan tanah yang telah berjalan selama ini, mengajak ahli-ahli geoteknik setempat, nasional dan luar negeri untuk bertemu dan berdiskusi di lapangan, serta memperkuat jaringan penelitian di dalam dan luar negeri,” kata Prof. Masyhur.
Dari ITB, selain ikut serta juga dalam penelitian ini adalahNuraini Rahma Hanifa dari Pusat Penelitian Mitigasi Bencana (PPMB) ITB. Kemudian juga Ketua PuSGeN dan Presiden HATTI. Anggota survey yang terlibat terdiri atas Dr. Sukirman (Universitas Tadulako), Prof. Widjojo Adi Prakoso (UI/HATTI), Prof. Paulus Pramono Rahardjo (UNPAR/HATTI), Dr. Idrus M. Alatas (HATTI), Dr. Didiek Djarwadi (HATTI), Ir. Dandung Sri Harninto, MT (HATTI) serta mitra Internasional dari GEER yaitu Prof. Joe Wartman (University of Washington), Dr. Ben Mason (Oregon Sate University/ Team Leader), Dr. Aaron Galiant (University of Maine), Dr. Jack Montgomery (Auburn University), Daniel Hutabarat (alumni Teknik Sipil ITB yang sedang kuliah S3 di University of California, Berkeley). Selain itu juga Prof. Ramli Nazir dari Universiti Teknologi Malaysia.