BANDUNG, KabarKampus – Kilatannya yang menyala-nyala dan suaranya yang menggelar, petir seringkali dianggap sesuatu yang berbahaya dan menakutkan. Bahkan beberapa orang dikabarkan meninggal dunia karena tersambar oleh petir.
Namun tahukah kamu, bahwa petir memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia di bumi?
Menurut Prof. Dr. Dipl.Ing. Ir. Reynaldo Zoro, Guru Besar ITB menjelaskan, petir terbentuk dari awan Comonolimbous. Di dalam awan tersebut, elektron bermuatan positif (+) dan negatif (-). Elektron yang positif tersebut berkumpul di atas, dan negatif berkumpul di bawah. Kemudian saling bergesekan, sehingga jika energinya cukup maka akan dilepaskan dalam bentuk petir.
Biasanya, lanjut Prof Zoro, petir itu paling banyak terjadi di kala musim hujan. Petir ini ada yang berasal dari muatan positif dan dari muatan negatif. Ada dari awan ke tanah, ada dari tanah ke awan. Jika ujung petir cabangnya ke bawah, berarti sumbernya dari awan ke tanah, sementara kalau sebaliknya maka sumber petir dari tanah ke awan.
“Yang paling banyak terjadi, dari muatan negatif di awan ke bawah (tanah),” jelasnya Guru Besar pada Kelompok Keahlian (KK) Teknik Ketenagalistrikan, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB ini di laman ITB.
Petir Sahabat Bumi
Dibalik kilatan cahaya dan suara yang menggelegar, petir memiliki banyak manfaat bagi bumi. Saat petir terjadi, ia menghasilkan nitrat yang dibawa oleh hujan yang bagus buat tumbuhan. Petir juga menghasilkan ozon untuk menutupi sinar ultraviolet.
“Sebetulnya petir jangan ditakuti. Petir itu sahabat kehidupan,” ujarnya.
Lalu bagaimana dengan orang yang tersambar petir atau rusaknya alat elektronik? Prof. Zoro menjelaskan, hal itu terjadi karena masyarakat kurang paham terhadap petir.
Petir seringkali menyambar terhadap struktur bangunan yang lebih tinggi. Untuk itu, jika ada bangunan pencakar langit atau rumah yang lebih tinggi dari rumah lainnya, maka perlu dilindungi oleh penangkal petir.
Sementara itu, jika sedang berada di lapangan terbuka, seperti di sawah atau lapangan sepakbola, maka jika sudah muncul tanda-tanda akan terjadi petir harus segera menghentikan aktivitas dan berlindung. Jika tak sempat, bisa merapatkan kedua kaki dan membungkuk hampir sejajar dengan tanah. Bersandar di pohon pun harus hati-hati karena rambatannya.
“Kalau nyender di pohon tinggi harus ada jarak minimun satu meter. Karena bisa loncat ke arah kita. Kalau sedang berada di sawah, dan tengah berlindung di saung-saung, juga harus diperhatikan karena posisi saung adalah struktur bangunan paling tinggi ketika di sawah, untuk itu perlu penangkal petir yang ditancapkan di sisi saung, dengan jarak lebih dari 1 meter dari saung,” jelasnya.[]