Dalam Pelatihan Dasar Geostrategy Study Club (GSC) Nasional yang diselenggarakan pada hari Sabtu dan Minggu tanggal 19 -20 Juli 2019 di Kaka Café, Jalan Tirtayasa 49, Kota Bandung, untuk membuka penyampaian materi tentang “Lambang Negara: Pancasila” kepada para peserta, seorang Mentor GSC mempresentasikan video klip lagu berjudul “Senorita” yang dinyanyikan oleh Shawn Mendes dan Camila Cabello. Setelah itu dilanjutkan dengan mempresentasikan video klip lagu berjudul sama namun dibuat versi koplo yang dinyanyikan Via Vallen, kedua video klip lagu itu langsung diputar melalui saluran You Tube dengan fasilitas wi-fi Kaka Café yang sangat kuat dan cepat, disediakan dan digratiskan untuk pelanggan setia kafe gerakan itu oleh pemilik dan pengelolanya.
Tentu saja para peserta pelatihan merasa kaget sekaligus bersemangat menyaksikan suguhan tidak biasa dalam sebuah pelatihan yang biasanya diasumsikan cukup berat untuk diikuti dengan mengetahui judul-judul materinya. Sang Mentor dengan santai namun penuh ketegasan menyatakan: “How far can you koplo something? Further you koplo, further you become Vallenisti. Viva Koplo!”. Dengan santai dan penuh ketegasan juga, para peserta pelatihan pun meneriakkan: Koplokeun…! Apa hubungannya Pancasila dengan koplo ala Via Vallen?
Dalam sebuah video klip berita yang diproduksi oleh BBC Indonesia dan disebarkan banyak orang di berbagai grup WA belakangan ini, Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Retno Marsudi tampak sangat akrab berbicara atau ngobrol dengan seorang Bule bernama Peter Smith, seorang Guru Gamelan di Inggris dengan Bahasa Jawa yang cukup halus atau ngoko. Peter mengaku sejak umur 21 tahun belajar gamelan atau instrumen musik Jawa dan kini mengajarkan keterampilannya tersebut kepada orang lain atau murid-muridnya. Peter juga mengaku pada bulan Agustus akan ke Indonesia bersama rombongan gamelannya, yakni ke Jakarta, Yogyakarta, dan Solo.
Sayapun penasaran, maka dimulailah penelusuran lewat google atau googling tentang “Peter Smith Guru Gamelan”, dan ketemulah link berita berjudul Berkenalan dengan ‘Parto’, guru gamelan di Inggris yang selalu rindu Solo, dimuat di laman daring BBC pada 6 Januari 2017. Peter mengaku memiliki nama Jawa ‘Parto’ dan tinggal di Oxford, pertama kali belajar gamelan di Universitas York, dan mulai belajar gamelan lebih dari 30 tahun lalu di Solo, Jawa Tengah. Peter memperdalam instrumen musik Jawa pada tahun 1993 melalui beasiswa Darmasiswa yang disediakan Pemerintah Indonesia.
Mendapatkan video klip berita tersebut dari sebuah grup WA, kemudian saya meneruskan membaginya ke grup WA GSC Nasional dengan judul “Bule Koplo”. Karena saya mengingat pesan Mentor GSC dan juga Kawan-Kawan GSC yang semakin akrab satu sama lain dan selalu mencoba menghadirkan kesadaran kritis bersama melalui teriakan: Koplokeun…! Apa yang membuat saya merasa harus meneruskan dan membagikan video itu adalah karena berkecamuk di dalam pikiran saya: harus bangga, harus khawatir, atau harus malu menyaksikan fenomena itu? Namun yang jelas, saya merasa tidak bisa tenang menganggap itu fenomena yang biasa saja dan membiarkannya berlalu. Mengapa harus di grup WA GSC Nasional, karena memang di grup ini biasanya saya mendapatkan pencerahan luar biasa dengan cara-cara yang biasa-biasa saja: tidak ada yang sok pintar atau sok paling hebat. Selalu mencerdaskan dengan sederhana!
Bersambung ke halaman selanjutnya –>