Imanha
Di masa lalu ketika Eropa masih dalam abad kegelapan, terdapat dua jalur sutra dunia yang dipakai dalam perdagangan internasional. Jalur sutra pertama membentang secara horizontal dari dataran Cina ke Eropa. Jalur ini dikuasi para pedagang Cina.
Lewat jalur tersebut, komoditas seperti sutra, keramik hingga rempah-rempah, mengalir deras ke Eropa. Orang Eropa masa itu belum melakukan penjelajahan untuk menemukan dunia baru. Jalur sutra kedua membentang di laut Asia Tenggara melewati India, Arab, Somalia-Afrika, hingga laut Mediterania-Eropa.
Menurut Desmond Satria Andrian, pengamat internasional yang juga kurator Museum Konperensi Asia Afrika, jalur sutra kedua itu dikuasai oleh para penjelajah nusantara. Mereka juga mengarungi samudera hingga sampai ke Afrika.
“Jalur tersebut menghubungkan denyut ekonomi dunia melalui Samudera Hindia. Dalam konteks inilah ada lagu nenek moyangku seorang pelaut, nusantara,” papar Desmond, dalam Pendidikan Dasar VI Geostrategy Study Club (GSC) di Kaka Café, Bandung, Minggu (8/12/2019).
Kata Desmond, di masa itu nenek moyang nusantara sudah meyakini bahwa bumi bulat. Desmond menduga keyakinan tersebut mendahului para pemikir barat sebelum mereka melakukan penjelajahan dunia baru.
“Saat itu belum ada teknologi canggih untuk mengetahui bumi bulat. Karena yakin bumi bulat mereka mampu membaca navigasi. Mereka mampu membaca resi bintang,” katanya, menganalisa kehebatan pelaut nusantara dahulu.
Sampai suatu waktu, Kesultanan Ottoman melancarkan serangan ke Romawi Timur. Mereka memblok jalur perdagangan di sekitar Laut Hitam, salah satu pusat transaksi perdagangan di jalur sutra. Serangan ini membuat seluruh kerajaan di Eropa tak mampu melakukan transaksi perdagangan internasional di jalur tersebut.
Di saat yang hampir bersamaan, Portugal dan Spanyol, dua kerajaan besar di Eropa waktu itu, berusaha melakukan pelayaran untuk mencari jalur terdekat ke Asia yang merupakan gudangnya rempah-rempah. Mereka sadar harus mencari sumber komoditas sendiri.
Di pihak Spanyol, ada Christopher Columbus, Amerigo Vespucci, Ferdinand Magellan dan lain-lain. Sementara dari pihak Portugis ada Bartholomeus Diaz, Vasco da Gama, Alfonso de Albuquerque, dan lain-lain. Mereka adalah orang-orang Eropa pertama yang melakukan penjelajahan menemukan dunia baru.
Columbus, orang Genoa, Italia, kelahiran 1451, atas nama kerajaan Spanyol menempuh rute ke arah barat melalui Atlantik. Desmond mengatakan, waktu itu Columbus belum punya peta dunia. Sehingga palayaran menuju Asia ini terhadang benua Amerika yang kemudian disebutnya sebagai dunia baru.
Sementara rombongan Portugis sampai ke Arika. Menurut Desmond, mereka belum tahu apakah bumi bulat atau tidak. Sehingga begitu sampai di tanjung yang menjadi ujung benua Afrika itu, mereka sempat was-was melanjutkan perjalanan. Karena itulah tanjung tersebut disebut Tanjung Harapan.
Dalam penjelajahan untuk menemukan daerah jajahan itu, Portugis dan Spanyol sama-sama berseteru. Perseteruan ini kemudian melahirkan perjanjian Tordesillas 1494. Dalam perjanjian ini dunia dibagi dua dengan titik tengahnya Tanjung Verde, Afrika. Dari Tanjung Verde ke barat dikuasai Sepanyol, dan dari Tanjung Verde ke timur dikuasi Portugis.
Namun perjanjian tersebut memiliki sejumlah kelemahan, salah satunya soal siapa yang “memiliki” Maluku, apakah Spanyol atau Portugis. Saat itu, dua kerajaan penguasa Maluku, yakni Ternate dan Tidore sedang berperang. Situasi itu dimanfaatkan Spanyol atau Portugis untuk memihak pada masing-masing kerajaan. Mereka pun terlibat perang panjang.
Perseteruan Spanyol dan Portugis akhirnya didamaikan dengan perjanjian Zaragosa 1529 yang menyatakan Spanyol harus meninggalkan Maluku. Sebagai gantinya, Spanyol mendapatkan Filifina. Portugis akhirnya bisa menguasai seluruh kepulauan nusantara.
Perjalanan sejarah selanjutnya mencatat kekuasaan Portugis rontok di tangan Belanda. Belanda akhirnya menguasai nusantara. Negeri jajahan Portugis tinggal Timor Timur.
Pentingnya Kesadaran Bahari
Pendidikan Dasar VI GSC tersebut diikuti 17 peserta dari berbagai daerah baik Bandung maupun luar Bandung. Dalam kesempatan tersebut, mengapa Desmond mengungkap sejarah pelayaran dunia?
Desmond ingin menunjukkan bahwa di masa lalu leluhur Indonesia adalah para pelaut handal. Mereka sadar hidup di negeri kepulauan yang dikelilingi laut. Namun kesadaran itu tak disadari generasi berikutnya. Sampai corak pembangunan pun cenderung bersifat kontinental atau daratan.
Menurutnya, kini memang muncul upaya menghidupkan jalur maritim Indonesia. Menurutnya, memiliki kesadaran maritim penting bagi warga negara kepulauan.
“Kita bukan negeri daratan seperti Nepal. Kita negeri lautan. Harus memiliki pemikiran yang open, pemikiran open mendorong konsep kesetaraan. Dalam konsep ini mendorong pada kesadaran yang lebih besar yaitu solidaritas. Karena semua menghadapi ancaman yang sama,” terang Desmond.
Pemikiran terbuka, kesetaraan dan solidaritas penting dimiliki kader GSC. Karena dengan begitu, para kader akan mendapat pintu masuk “memahami dunia merawat Indonesia” sebagaimana tagline yang diusung GSC. []