More

    Sejarah Lambang Negara Penting untuk Dikabarkan

    Caption:Aktivis Geostrategy Club (GSC) menggelar “Peringatan Hari Lahir Lambang Negara: Elang Rajawali Garuda Pancasila 11 Februari 1950-11 Februari 2020”. Dok. Istimewa

    BANDUNG, KabarKampus – Para pendiri bangsa tidak sembarangan dalam memikirkan lambang negara Garuda Pancasila. Begitu pula dalam menciptakan setiap simbol yang ada di prisai garuda, salah satunya simbol rantai kotak bulat melingkar yang berarti kesetaraan antara lelaki dan perempuan.

    Laki-laki dan perempuan yang disimbolkan rantai tersebut tentunya hasil pemikiran mendalam pendiri bangsa, dalam hal ini Sultan Mahmud II sebagai perancang lambang negara Garuda Pancasila, kata Ressy Rizki Utari, aktivis Geostrategy Club (GSC).

    - Advertisement -

    Menurut Ressy, pendiri bangsa telah meletakkan dasar bagi perjuangan perempuan di dalam lambang negara Garuda Pancasila. Hal ini tentu harus diketahui khususnya oleh para pejuang perempuan.

    “Jadi mengenai petak lingkar, bapak pendiri bangsa kita ternyata berpikir sudah sejauh itu, perempuan tidak diacuhkan oleh mereka,” katanya, di sela acara “Peringatan Hari Lahir Lambang Negara: Elang Rajawali Garuda Pancasila 11 Februari 1950-11 Februari 2020” di Kaka Kafe, Jalan Sultan Tirtayasa, Bandung, Selasa malam (11/2/2020).

    Menurutnya, sejarah dan makna lambang negara harus terus dikabarkan ke masyarakat. Pemahaman terhadap sejarah lambang negara bukanlah suatu privilege, tetapi sebagai beban karena orang yang memahami harus memberikan pemahaman pada orang yang belum paham.

    Mahasiswi Unisba itu yakin, masih banyak masyarakat termasuk mahasiswa yang tidak mengetahui sejarah lambang Garuda Pancasila. “Garuda Pancasila bukan sekadar lambang tapi punya nilai filosofis yang harus kita praksiskan,” tandasnya.

    Tanggal 11 Februari sendiri merupakan momen diresmikannya lambang negara Garuda Pancasila oleh Parlemen Republik Indonesia Serikat (RIS), 70 tahun lalu. Di usianya yang ke-22 tahun, Ressy mengaku baru kali ini bisa menghadiri peringatan hari lahir lambang negara.

    Pendapat serupa disampaikan aktivis GSC lainnya, Beben Habibie. Kata Beben, Pancasila seharusnya menjadi isme pertama yang dipelajari sebelum mempelajari isme-isme lainnya. Namun kenyataannya, sejarah lambang negara tidak disampaikan di kurikulum sekolah maupun pendidikan tinggi. Perjalanan sejarah Garuda Pancasila seperti ditutupi.

    Hingga kini masih banyak yang tidak tahu bahwa lambang negara diciptakan Sultan Hamid II atas amanat Presiden Sukarno. Beben juga ragu para politikus yang duduk di kursi dewan memahami sejarah pembuatan lambang negara. Padahal lambang negara selalu ada di setiap gedung resmi pemerintah. Beben menganalogikan, tahu lambang negara tapi tidak tahu artinya seperti “pakai baju ga tahu warnanya.”

    Adi Hilmi, aktivis GSC lainnya, bilang setiap peradaban di dunia selalu memilki filosofi yang kemudian menjadi pegangan untuk dijalankan oleh individu maupun komunitas.

    “Pancasila sebuah dasar yang mana tidak ada harganya ketika itu tidak pernah diimplementasikan dalam diri maupun komunal. Pancasila bagi saya merupakan nilai konsisten yang melintasi zaman, ruang dan waktu,” katanya. []

     

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here