More

    Peneliti Unsyiah : Kandungan Ganja Bisa Berpotensi Tangkal Covid-19

    Ilustrasi ganja / unsplash

    ACEH, KabarKampus – Kandungan yang terdapat dalam tanaman ganja memiliki banyak manfaat bagi kesehatan. Salah satunya berpotensi menangkal virus corona (Covid-19) yang hampir mewabah di hampir seluruh belahan dunia.

    Pendapat ini disampaikan Prof Musri Musman, Peneliti Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Banda Aceh. Penawar yang diteliti oleh Musri adalah kandungan Cannabidiol (CBD) yang sudah diekstrak menjadi minyak.

    Mursi menjelaskan, sistem virus corona masuk ke tubuh manusia lewat saluran paru-paru dan menimbulkan pneumonia atau radang paru. Hal tersebut mirip dengan kondisi kasus penyakit paru-paru karena infeksi virus tertentu.

    - Advertisement -

    Sementara dari hasil penelitian, ekstrak zat CBD dalam ganja, selain berguna untuk penyakit paru-paru juga berguna untuk penyakit asma dan herpes.

    Jika seseorang terserang penyakit paru-paru, lanjut Mursi akan ditandai dengan peradangan. Akibatnya, terjadi penumpukan dan pemecahan sel-sel dalam tubuh atau disebut dengan sitokin. Untuk mencegah itu, lanjut Musri, jika di beri CBD akan berfungsi sebagai anti peradangan dan anti inflamasi.

    “Saya berkesimpulan CBD pada penyakit-penyakit itu bisa melakukan anti inflamasi. Kenapa tidak pada kasus virus Corona,” ujar Musri yang juga peneliti ganja ini di laman resmi Unsyiah..

    Mursi menjelaskan,inflamasi bisa mengakibatkan perangsangan antibodi yang berlebihan. Ini berakibat kegagalan organ khusus pada tubuh seseorang.

     “CBD yang dicoba, ternyata mampu menghentikan pengeluaran anti bodi yang berlebihan dari sistem imun. Ini sama dengan kasus Corona,” sebut Musri yang merupakan ahli kimia bahan alam di Universitas Syiah Kuala.

    Namun yang terpenting menurut Muris adalah zat yang terkandung dalam ganja yaitu CBD. Zat itu ada di daun ganja, bunga serta buahnya.

    Untuk di Aceh, lanjut Mursri, kandungan Tetrahydrocannabinol (THC) dalam ganjanya cukup banyak, yakni hampir 30 persen. Tapi, itu tergantung masa panen dan tanam. Bisa juga, bisa lebih rendah.

    “Yang masalah cuma THC itu saja. Cannabis THC di Aceh bervariasi dari spesies ganja lain, yang paling banyak di kita jenis Sativa lebih banyak, ada sekitar 30 persen tapi itu tergantung masa panen.Sementara kandungan CBD itu tergantung dari varietas di Cannabis,” kata dia.

    Bukan Diisap

    Untuk menggunakan CBD, lajut Musri, Ganja tersebut harus diekstrak dulu kemudian di-fraksionasikan. Sehingga zat yang berbahaya seperti THC terpisah dari CBD.

    CBD inilah yang nantinya berubah menjadi minyak. Minyak dari kandungan itu bisa diminum dengan takaran satu sendok makan. Jika terlalu banyak dikonsumsi, kata dia bisa berbahaya bagi tubuh.

    “Yang pentingkan CBD yang perlu kita ekstrak, menurut pengetahuan, itu akan membuktikan prediksi tadi. Itu akan berprotensi untuk menangkal Covid-19 dari kajian ilmiah ini,” ucapnya.

    Musri tidak membenarkan jika penggunaan ganja tersebut dengan cara diisap. Jika diisap akan menyerang saraf otak karena kandungan THC, yang akan bekerja seperti psikotropika. Sementara penggunaan CBD jika dikonsumsi, maka akan memberikan psikoaktif dan tidak menyebabkan halusinasi.

    “Yang di isap itu THC, itu langsung ke sarap otak. Dia akan bekerja seperti psikotropika. Kalau CBD itu waktu kita makan dia tidak bersifat psikotropika tapi psikoaktif, tidak ada menyebabkan halusinasi,” sebutnya.

    Untuk itu, Profesor Musri siap bekerjasama dengan Kementerian Kesehatan untuk melakukan uji coba terkait ekstrak ganja, untuk bisa menangkal virus corona dari dalam tubuh manusia. “Jika dibutuhkan, tentu kita siap bantu,” ucapnya.[]

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here