More

    Kuliah Online, Mahasiswa Sumbar Harus Berjalan Hingga 20 Kilometer Untuk Sinyal 4G

    Suasana belajar online mahasiswa pelajar. Dok. Patronnews

    SUMBAR, KabarKampus – Tak semua mahasiswa dapat dengan mudah belajar online atau belajar daring selama penerapan Work From Home atau Study From Home di tengah pandemic  Covid-19. Diantaranya adalah mahasiswa yang berada di berbagai wilayah terisolir atau tidak memiliki akses internet di Sumatera Barat.

    Untuk mengikuti perkuliahan daring, mereka harus berburu sinyal 4G.  Bahkan harus berjalan 5 kilometer hingga 20 kilometer.

    Para mahasiswa ini adalah mereka yang tinggal di Kecamatan Tigo Lurah, Kabupaten Solok, Sumatera Barat. Kawasan menjadi salah satu daerah berlabel “blank spot” alias tidak memiliki akses telepon seluler dan akses internet.

    - Advertisement -

    Sejak kampus menerapkan WFH atau SFH sebagai upaya pencegahan Covid-19, para mahasiswa yang merantau di bebagai kampus di Indonesia pulang ke kawasan tersebut. Namun, meski pulang, mereka tetap harus mengikuti perkuliahan secara online.

    Dilansir dari patronnews.co.id, ada satu titik yang di Nagari Simanau yang mendapatkan sinyal internet 4G. Lokasinya berada di sebuah tebing di sisi jalan dengan luas 12 meter hingga 15 meter. Jalan tersebut yang menghubungkan kecamatan itu dengan Nagari Sirukam di Kecamatan Payung Sekaki.

    Lokasi inilah yang menjadi tempat mengikuti kuliaj online para mahasiswa dan pelajar dari berbagai kawasan seperti Nagari Simanau, Rangkiang Luluih, Batu Bajanjang, Simiso, dan Garabak Data. Jarak lokasinya bila dari pusat Nagari Simanau, sekitar 5 kilometer dan sekitar 10 kilometer dari Nagari Rangkiang Luluih. Sementara, dari Nagari Sirukam di Kecamatan Payung Sekaki, jaraknya mencapai 20 kilometer.

    Di titik itu, biasanya mereka duduk berjejer di potongan-potongan kayu yang dibuat menjadi bangku panjang.  Tempat itu juga hanya berlantai tanah dan beratap langit. Meski demikian, karena lokasinya tidak terlalu besar, kadang para mahasiswa dan pelajar harus mengantri untuk belajar online di sana.

    Para mahasiswa ini mengaku berasal dari berbagai perguruan tinggi di Pulau Jawa seperti Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Universitas Mercubuana Jakarta. Kemudian dari Universitas di Kota Padang seperti Universitas Negeri Padang (UNP), Universitas Andalas (Unand), Universitas Dharma Andalas Padang. Lalu dari Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar, IAIN Bukittinggi, Poluteknik Pertanian Payakumbuh, Poltekkes Padang, serta dari Universitas Mahaputra Muhammad Yamin (UMMY) Solok.

    Sementara, dari kalangan pelajar, mereka berasal dari MAN Kota Solok, SMAN 1 Kota Solok, SMAN 2 Kota Solok, MAN Kotobaru Kabupaten Solok, MTsN 2 Kotobaru Kabupaten Solok, SMPN 1 Kubung, Pesantren Al Mumtaz Kota Solok, serta sejumlah sekolah lainnya.

    “Kami tengah mencari sinyal untuk mengerjakan tugas Pak. Hanya disini sinyal yang kuat kami temukan. Namun, sinyalnya sinyal GSM. Yaitu, kependekan dari ‘geser sedikit, mati’. Jadi, jika dapat sinyal yang cukup kuat, kami tidak boleh bergeser-geser lagi. Harus tetap di posisi semula,” ungkap Cici, mahasiswa dari Universitas Andalas (Unand) Padang kepada tim monitoring dan evaluasi (Monev) Pemkab Solok yang tengah mendatangi lokasi tersebut.

    Dalam kesempatan tersebut juga para mahasiswa dan pelajar mengaku sering sekali ketinggalan informasi terkait tugas dan pembelajaran. Misalnya, jadwal yang tiba-tiba berubah dari kampus, sebab, mereka tidak mendapatkan informasi terbaru setiap saat dan hanya bisa update di lokasi tersebut.

    “Untuk menghadang rasa takut dalam menembus perjalanan menempuh rimba ini, kami berangkat berkelompok. Jaraknya mencapai lima kilometer di jalanan yang sangat lengang dan kondisi jalan yang penuh lubang dan di beberapa titik ada longsoran,” tambah Cici.[]

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here