ABC AUSTRALIA
Virus corona yang mengakibatkan penyakit COVID-19 rupanya mampu bertahan hingga 28 hari. Dari penelitian yang dilakukan Australia CSIRO, virus SARS-CoV-2 bisa bertahan di atas kapas, kertas, besi tahan karat, kaca, dan vinil.
Trevor Drew, Direktur Pusat Persiapan Penyakit Australia (ACDP) mengatakan, kelompok penelitiannya menggunakan jumlah virus yang sama dengan yang ditemukan dalam diri penderita COVID-19. Penelitian yang mereka lakukan untuk mengetahui seberapa lama virus ini dapat bertahan.
“Sehingga kita tahu seberapa sering harus melakukan disinfeksi barang dan risiko umum apa yang ditimbulkannya,” kata Profesor Drew seperti dilansir dari laman ABC Australia, Selasa, (13/10/2020)
Ia mengatakan, fakta terbaru bahwa virus dapat bertahan sangat lama di permukaan benda yang terbuat dari kaca penting untuk diketahui. Hasil penelitian ini telah dibublikasikan dalam Virology Jounal atau Jurnal Ilmu Pengetahuan Virus pada har Senin kamarin, (12/10/2020)
“Perangkat layar sentuh seperti telepon genggam, kartu ATM bank, layar mesin kasir layanan sendiri di supermarket, dan kios ‘check-in’ adalah permukaan yang sering disentuh, mungkin jarang dibersihkan, dan menimbulkan risiko penularan,” kata Profesor Drew.
Penelitian sebelumnya menemukan bahwa virus yang menyebabkan COVID-19 dapat bertahan di aerosol hingga tiga jam lamanya dan di permukaan dari plastik dan besi tahan karat hingga tiga hari.
Namun, penemuan terbaru ini menemukan bahwa virus dapat bertahan di kebanyakan permukaan selama enam hingga tujuh hari sebelum mulai kehilangan potensi menularkannya. Bahkan, mereka juga menemukan, setelah dua minggu, masih ada banyak virus yang hidup dan menular yang bisa menyerang seseorang.
“Kita dapat meramalkan kemungkinan peralatan makan di restoran berpotensi menjadi salah satu sumber penularan virus karena besi tahan karat sering digunakan untuk makan,” terang Profesor tersebut.
Dan di beberapa permukaan, seperti kaca dan uang kertas, virus bisa bertahan sampai satu bulan.
Penemuan ini mengejutkan Debbie Eagles, wakil direktur Pusat Persiapan Penyakit Australia (ACDP). Menurutnya, kelihatannya virus ini bisa bertahan lebih lama dari virus lain seperti influenza, yang hanya bertahan beberapa hari, atau bahkan virus corona lainnya.
Kemungkinan tertular COVID-19 dari menyentuh permukaan
Para ahli, mengatakan kemungkinan penularan virus corona terbesar adalah dari kontak langsung, misalnya ketika seseorang di sekitar mereka bersin atau batuk.
Namun, di sisi lain, seseorang masih dapat tertular bila menyentuh permukaan yang terkontaminasi virus sebelum menyentuh wajah, hidung, atau mulut, dan kemungkinan menelan virus.
“Inilah mengapa penggunaan tisu basah untuk desinfeksi dan pembersih tangan berdampak,” kata Profesor Drew.
“Penemuan ini mendukung ‘mantra’ yang mengharuskan kita untuk mencuci tangan, tidak menyentuh permukaan kecuali harus, dan tidak menyentuh wajah dan mulut.”
Dr Eagles mengatakan, jika seseorang yang tertular COVID-19 bersin atau batuk di dekat telepon genggam, virusnya bisa saja bertahan di sana dalam waktu yang lama jika tidak dibersihkan dengan baik. Hal ini ini juga berlaku untuk mesin eftpos dan tranportasi publik, namun penularan di keduanya lebih besar daripada di telepon genggam, yang hanya sering bersentuhan dengan pemiliknya.
“Kami tahu bahwa permukaan di transportasi publik sebagai fasilitas umum sudah sering dibersihkan, dan bahwa pembersihan yang efektif bisa menghilangkan virus.”
Cuaca dingin membuat virus untuk hidup lebih lama
Para ilmuwan juga menguji dampak suhu pada ketahanan virus dan menemukan bahwa semakin dingin, semakin lama juga virus dapat bertahan di atas permukaan.
Ini berarti negara tertentu memiliki kemungkinan penularan terbesar di musim dingin.
“Kami menemukan bahwa suhu berdampak sangat besar terhadap virus, jadi seandainya suhunya ada di kisaran 6 derajat Celcius, waktu hidup virus bisa bertambah sampai 10 kali lipat,” kata Profesor Drew.
Penemuan ini kemudian juga menjadi penjelasan mengapa penularan COVID-19 terbanyak ditemukan di fasilitas produksi daging dan ruang penyimpanan dingin.
Beberapa fasilitas pemrosesan daging dan sebuah tempat jual daging di Australia pernah menjadi pusat penularan COVID-19.
Selain itu, terdapat juga kasus yang tidak diketahui sumber penularannya di Selandia Baru dan kemungkinan berasal dari ruang penyimpanan makanan beku.
Dr Eagles mengatakan bahwa suhu dingin yang terdapat pada tempat kerja ini mungkin adalah faktor yang menyebabkan munculnya kluster. Ada sejumlah faktor yang menyebabkan penularan di pabrik daging, misalnya, kontak erat, dan mungkin di beberapa kasus kesulitan pemakaian alat pelindung diri, ataupun suhu yang dingin.
Di suhu yang lebih panas, misalnya 30 derajat Celcius, kemungkinan bertahan virus jauh lebih sedikit. Sementara itu, virus dapat bertahan lebih lama di uang kertas yang terbuat dari kertas, dibandingkan dengan yang terbuat dari polimer seperti di Australia.
“Penting sekali untuk kita membersihkan dan desinfeksi daerah yang banyak disentuh, misalnya di tempat umum, toko, mesin eftpos. Kalau dibersihkan dengan baik, maka pembersihan adalah cara yang efektif,” kata Dr Eagles.[]