More

    ITS Kembangkan Pendeteksi Covid-19 dari Bau Ketiak

    Perangkat i-nose c-19, alat pendeteksi Covid-19. Dok. ITS

    Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) mengembangkan sebuah alat pendeteksi Covid-19 melalui bau keringat ketiak. Alat ini dinamakan dengan i-nose c-19.

    Adalah Prof Drs Ec Ir Riyanarto Sarno MSc PhD, Guru besar Teknik Informasi ITS bersama dengan mahasiswa magister dan doktoral ITS yang mengembangkannya. Saat ini i-nose c-19 telah melalui uji klinis.

    i-nose c-19 merupakan alat screening Covid-19 pertama di dunia yang mendeteksi melalui bau keringat ketiak (axillary sweat odor). i-nose c-19 bekerja dengan cara mengambil sampel dari bau keringat ketiak seseorang dan memprosesnya menggunakan artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan.

    - Advertisement -

    “Keringat ketiak adalah non-infectious, yang berarti limbah maupun udara buangan i-nose c-19 tidak mengandung virus Covid-19,” ungkapnya seperti yang dirilis ITS, Sabtu, (16/01/2021).

    Ada sejumlah kelebihan i-nose c-19 dibandingkan teknologi screening Covid-19 lainnya. Inovasi i-nose c-19 memiliki sampling dan proses berada dalam satu alat, sehingga seseorang dapat langsung melihat hasil screening pada i-nose c-19 dan menjamin proses lebih cepat.

    Kemudian i-nose c-19 dilengkapi fitur near-field communication (NFC). Hal ini membuat pengisian data cukup dengan menempelkan e-KTP pada alat deteksi cepat Covid-19 ini.

    Emil Elestianto Dardak, Wakil Gubernur Jawa Timur, ketika melakukan tes
    menggunakan i-nose c-19 yang dikembangkan ITS. (ITS)

    Selain itu, tambah Ryan, data dalam i-nose c-19 terjamin handal karena penyimpanannya pada alat maupun cloud. Penggunaan cloud computing mendukung i-nose c-19 dapat terintegrasi dengan publik, pasien, dokter, rumah sakit maupun laboratorium.

    ”Dengan berbagai kelebihan yang ada, i-nose c-19, karya anak bangsa, hadir untuk menjawab tantangan pandemi Covid-19 yang belum terkendali,” ujarnya.

    Para peneliti menjamin biaya penggunaan i-nose c-19 terjangkau, karena menggunakan komponen teknologi yang murah. Selain itu juga i-nose c-19 juga tidak membutuhkan keahlian khusus dalam implementasinya.

    Pengetesan dapat dilakukan oleh Scanner yang dapat dilakukan oleh semua orang. Pengetesan dapat dilakukan dengan sarung tangan dan masker sebagai perlindungan dasar.

    Ryan mengaku i-nose c-19 merupakan hasil penelitian selama empat tahun. Penelitian ini kemudian dioptimalkan dengan menyesuaikan virus Covid-19 sejak Maret 2019 lalu.

    Saat ini, i-nose c-19 telah sampai pada fase satu uji klinis. Ryan berharap ke depan data samplingnya akan ditinggkatkan lagi, sehingga mendapat izin edar dan dapat dikomersialkan ke masyarakat.

    “Melihat semakin meningkatnya penyebaran virus Covid-19 ini dunia membutuhkan banyak teknologi screening yang mudah dan cepat diimplementasikan,” pungkasnya.[]

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here