More

    Swab PCR Masih Dianggap Paling Ampuh Deteksi Covid-19

    YOGYAKARTA, KabarKampus – SWAB PCR masih dianggap yang paling ampuh dalam mendiagnosa Covid-19 saat ini. Karena Swab PCR dianggap yang paling mendekati akurat.

    Hal ini disampaikan dr. Titien Budhiaty, M.Sc., Sp.PK., dokter spesialis patologi klinik dari Rumah Sakit Akademik (RSA) UGM. Ia menyampaikannya dalam diskusi bertajuk “Rapid Antibodi, rapid Antigen dan PCR apa bedanya?” yang berlangsung secara streaming, Kamis (28/01/2021).

    Ia menjelaskan, alat deteksi atau diagnosa Covid-19 saat ini masyarakat disuguhkan oleh tiga alat deteksi cepat yakni swab PCR, rapid antigen dan rapid antibodi. Ketiganya bisa dianggap mampu mendeteksi seseorang terpapar Covid-19 atau tidak.

    - Advertisement -

    Namun, menurutnya, swab PCR sampai saat ini dianggap paling mendekati akurat. Sebab, antigen virus bisa dideteksi setelah beberapa hari setelah tertular, sedangkan antibodi akan terbentuk setelah 7 atau 14 hari setelah terpapar.

    Pemeriksaan lewat swab PCR dilakukan dengan mengambil sampel usap di hidung dan tenggorokan. Kemudian Rapid antigen dilakukan dengan mengambil hasil usap di hidung. Sedangkan rapid  antibodi dilakukan dengan mengambil darah si pasien.

    Menurut Titien, ketiga alat deteksi cepat Covid-19 tersebut bertujuan untuk mengetahui perjalanan penyakit Covid-19 yang masuk ke dalam tubuh seseorang. Meski demikian untuk memastikan tertular dan tidaknya, hasil deteksi lewat swab PCR dianggap paling menentukan ada tidaknya virus.

    “Sementara dua alat deteksi lainnya lebih mengarah pada antigen virus dan terbentuknya antibodi,” katanya.

    Persoalannya adalah, swab PCS dirasakan biayanya cukup mahal untuk sekali pemeriksaan. Sehingga masih memberatkan sebagian masyarakat.

    Namun tambah Titien, gejala dengan seperti demam, pilek atau batuk, tidak selalu mengarah pada gejala Covid-19. Gejala paling umum ditemukan pada penderita Covid-19, menurut Titien, adalah munculnya flu, batuk, indera penciuman berkurang, diare atau badan terasa letih atau muncul sesak napas.

    “Namun, di penyakit lain juga ada seperti itu, yang penting tetap waspada, selalu berpikir yang baik-baik saja, jangan sampai stres,” katanya.

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here