More

    Fenomena Merantau dan Hilangnya Pemuda

    Pemandangan Jorong Sungai Janiah yang indah dilihat dari atas Bukik Batanjua (foto: dokumentasi mahasiswa KKN Unand)

    Saat kedua daerah dihadapkan pada perkembangan tradisi merantau, seperti yang kita ketahui anak muda dituntut untuk keluar daerah guna memperbaiki hidup atau melanjutkan pendidikan. Dampak yang dihasilkan juga berbeda, saat anak muda di Jorong Baso merantau, daerah ini tidak dihadapkan pada keadaan yang sulit karena wilayah yang strategis banyak orang lain yang berdatangan untuk bekerja di sini. 

    Di lain sisi, saat anak muda Jorong Sungai Janiah merantau, daerah ini mengalami keadaan yang sulit dan itu kemudian menjadi sebuah masalah. Fakta ini didapatkan saat saya dan anggota KKN melakukan wawancara dengan Pengurus Mesjid Sungai Janiah sekaligus Sejarawan dan tokoh penting daerah. Beliau bernama Abdul Aziz atau lebih dikenal sebagai Angku nan Basa. Salah satu orang tua luar biasa yang berhasil saya jumpai di Nagari Tabek Panjang. 

    Jorong Sungai Janiah yang didukung oleh pariwisata, pertanian serta budaya terancam karena kekurangan pemuda. Pariwisata harus dikembangkan agar menyesuaikan dengan zaman dan juga mampu mencari peluang untuk kembali naik, maka dibutuhkan peran aktif pemuda. Pertanianmengalami regenerasi petani muda yang lambat, akibatnya banyak lahan terbengkalai. Budaya kehilangan penerus, karena anak muda akan merantau setelah tamat Sekolah Menengah Atas (SMA). Potensi yang besar ini harusnya bisa dikembangkan untuk modal pembangunan nagari. 

    - Advertisement -

    Kita perlu merenungkan kembali falsafah “karatang madang di hulu, babuah babungo balun. Karantau bujang dahulu, di rumah paguno balun”. Falsafah tersebut menekankan bahwa bujang boleh merantau selagi belum berguna di rumah. Berdasarkan keadaan yang terjadi di Sungai Janiah apakah si bujangmasih belum diperlukan di kampung? Jawabannya jelas, bujang diperlukan! Menyadari hal ini, Wali Nagari Tabek Panjang yaitu Bapak Dony Suhendri S.E memiliki visi dan misi menghidupkan semua perangkat nagari. Langkah nyata beliau adalah dengan menghidupkan kembali Karang Taruna sekaligus mengadakan acara “Nagari Tabek Panjang Art Show” pada 24 Agustus 2022, lengkap dengan pawai kebudayaan, pentas seniyang menampilkan seni budaya daerah, tidak lupa pameran produk UMKM. Dalam menyukseskan acara ini beliau juga mengajak anak KKN Universitas Andalas untuk berkolaborasi bersama.

    Dengan demikian potensi nagari bisa dipetakan dan menjadi fokus kedepan untuk dikembangkan. Jika berhasil, lapangan pekerjaan baru akan muncul, anak muda tidak perlu merantau, mereka bisa bekerja di kampung sekaligus membangun nagari. Para pelajar yang melanjutkan pendidikan tetap bisa membangun nagari dengan aktif menulis perkembangan nagari di media-media, baik promosi atau menjadi pelaku budaya di rantau. Pada akhirnya, perlu kita sepakati bahwa peran anak muda sangat dibutuhkan dalam pembangunan. Di tengah perkembangan teknologi dan informasi yang semakin pesat di seluruh dunia, apakah merantau masih sepenting dulu? Sebab internet bisa menyediakan banyak bacaan dan berjuta pengalaman yang bisa kita jadikan bahan pelajaran dan modal untuk mencari ide pengembangan potensi nagari. Meminjam istilah teman saya, di zaman ini “kita bisa kemana saja tanpa harus kemana-mana”, asal teknologi digunakan dengan sadar dan kritis.

    *Penulis adalah Mahasiswa HI, FISIP, Unand.

    - Advertisement -

    1 COMMENT

    1. Artikel ini harus dilanjutkan dengan pembahasan bahayanya kampung-kampung yang kehilangan pemuda pemudinya…karena kemungkinan, selanjutnya memang kampung-kampung itu yang akan hilang…yang lebih menyedihkan bukan secara alamiah, namun akibat invasi kapital…

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here