Hilangnya pendidikan karakter dari surau tersebut menjadi alasan mengapa belakangan ini tak terdengar lagi tokoh Minangkabau yang hebat dan memiliki peran penting di kancah nasional. Dahulu kita punya Bung Hatta, Sutan Syahrir, Haji Agus Salim, Buya Hamka dan masih banyak lagi nama yang menghiasi daftar orang berpengaruh di Indonesia dari Minangkabau. Sekarang Minangkabau seolah tak bertanduk lagi, para pemuda tak lagi memiliki prinsip, mengikuti tren, tak paham mana yang hak dan mana yang bathil, melakukan apapun yang dilakukan orang diluar sana tanpa memilah baik atau buruknya terhadap kehidupan sendiri, bahkan sangat aneh rasanyaketika di Sumatera Barat diperbolehkan ‘Club Malam’ yang secara jelas bertentangan dengan adat dan syara’.
Bukan hanya sekedar para pemuda yang sudah lupa akan tabiatnya sebagai orang Minangkabau, pun dengan pemudi, kaum hawa asal Minangkabau juga sudah lupa dengan sosok Bundo Kanduang sebagai contoh dalam kehidupan. Mereka tak segan lagi berpakaian ketat, pulang tengah malam, bercengkrama dengan para pria tanpa batas, menghilangkan sosok anggun dalam diri, dan lebih mementingkan kemauan dibandingkan keharusan dan kewajiban. Pilu saat mengetahui bahwa wanita Minangkabau lebih memahami perkara realisme, liberalisme, dan konstruktivisme serta isu politik lainnya, paham dalam permasalahan skala internasional, namun mereka tidak mengetahui berapa lama memasak kalio agar berubah menjadi rendang. Banyak wanita Minangkabau yang tidak pandai memasak, menyapu, menggosok kain, menyuci, dan hal-hal fundamental yang seharusnya mampu dilakukan oleh para wanita, mereka lebih memilih bermain ke sana ke mari dibanding berdiam di rumah untuk belajar pekerjaan dan sifat bagaimana seharusnya wanita tersebut.
Dengan adanya fenomena seperti ini, timbul pertanyaan bagaimana untuk memperbaiki bahkan mengembalikan pendidikan surau? Atau pertanyaan tentang siapa yang patut disalahkan terhadap tergerusnya nilai kebudayaan pendidikan surau? Jika ditelisik lebih jauh maka semua pihak yang terkait baik dari golongan tua, muda bahkan faktor lingkungan patut disalahkan. Bagaimana nan tuo ndak maajaan nan mudo (yang tua tidak mengajarkan yang muda), pun sebaliknya nan mudo ndak batanyo ka nan tuo (yang muda tidak bertanya kepada yang tua). Dengan sikap yang saling acuh terhadap hilangnya pendidikan surau ini menjadikan laju perkembangan zaman tidak terbendung lagi dan tidak tersortir mana yang patut untuk dikembangkan dan mana yang tidak pantas untuk diikuti.
Untuk memperbaiki situasi ini maka seluruh unsur yang terkait baik dari para pemuka adat, para ulama, bahkan unsur akademis harus memberikan perhatian khusus terhadap pengembalian fungsi surau yang bukan hanya sekedar tempat melaksanakan ibadah namun juga tempat pendidikan karakter dan pengembangan pemuda Minangkabau, karena hari ini kita tidak hanya krisis terhadap tokoh asli Minangkabau yang cukup sarik (sulit) dijumpai di kancah nasional, namun juga karakter orang Minangkabau yang sudah mulai luntur sehingga tidak dijumpai orang cadiak (cerdik) asal Minangkabau yang pintar basilek lidah (silat lidah) demi kepentingan dan kemaslahatan bersama.
Maka dengan perhatian khusus terhadap pengembalian pendidikan surau tadi, seyogyanya akan muncul cikal bakal tokoh ‘new generation’ asal Minangkabau yang memiliki kepribadian dan karakter layaknya para tokoh di zaman lampau. Merekalah yang akan dipersiapkan untuk memperjuangkan perihal sesuatu yang hak dan membuang segala hal yang bathil. Layaknya Bung Karno pernah berkata “berpikirlah seperti orang minang” dalam artian orang Minang terkenal dengan kemampuan berpikirnya yang cerdas, logika yang sangat mumpuni dan pengambilan keputusan yang tepat sehingga tidak menimbulkan kontra terhadap sesuatu namun bermanfaat bagi semua orang.
*Penulis: Mahasiswa Hubungan Internasional di Universitas Andalas.
Saya setuju dengan pendidikan surau pada saat sekarang ini, karna pendidikan surau pada zaman sekarang untuk kaum pemuda minang sudah mulai pudar di minangkabau.
Terimakasih atas tanggapannya
Pendidikan surau adalah sistem pendidikan yg diwariskan oleh para nabi dan rasul termasuk nabi Muhammad dan sahabat. inilah cikal bakal pendidikan Adab yg diwariskan oleh nabi Sehingga tercipta peradaban baru, kemajauan, inovasi, kwalitas manusia yg baru yang dikenal dengan istilah beranjak dari zaman jahiliah menjadi islamiah. Nah untuk bisa kembali seperti itu maka langkahnya adalah memulai kembali menerapkan pendidikan adab. Adab disini bukan hanya sekedar artian kesopanan saja tapi sistem yg dibuat untuk mendapatkan nilai tertentu dgn cara yg lebih efisien namun penuh manfaat. Diantaranya adalah disiplin. Salah satu peradaban dalam bentuk disiplin yg rasul terapkan adalah wajib bagi laki2 sholat ke surau. Tidak boleh tidur sehabis subuh, yg kemudian dilanjutkan dgn peradaban kewajiban utk belajar atau menuntut ilmu. Kesimpulannya, pada Akhirnya anak laki-laki atau kaum laki-laki pada umumnya dipenuhi kegiatan atau aktifitas diluar rumah, disertai dgn disediakan pusat fasilitas berkegiatan itu di surau…
Kenapa anak2 skrg lebih senang duduk di kafe, diskotik atau restoran…
Jawaban nya karna pihak kafe, diskotik atau restoran sangat ramah dan memanjakan para tamu yg datang