Millennial Berpolitik: dari Sosialisasi Politik sampai Terlibat Revolusi
Menurut Real (2022), di Amerika Serikat (AS) faktor kontekstual sosialisasi politik bagi setiap generasi adalah media, keluarga, dan teman sebaya. Setiap generasi melihat sikap politik kolektif yang sangat dipengaruhi oleh serangkaian peristiwa kritis yang signifikan. Generasi Z terbukti memiliki rasa kesadaran kelompok paling meningkat dalam konteks pandemi global Covid-19. Agen sosialisasi media sosial terbukti memiliki dampak pengaruh paling signifikan terhadap partisipasi politik. Hidup melalui pandemi, terbukti serangkaian peristiwa sejarah yang kompleks memiliki pengaruh signifikan terhadap semua kelompok umur melalui lensa kohort generasi.
Yun, dkk (2022) mendeskripsikan dengan teori spiral keheningan tentang kesediaan pemilih dari Generasi Millennial dan Generasi Z di AS untuk menyuarakan keyakinan politik di iklim publik berbeda selama pemilihan di era media digital. Pemilih muda di setiap generasi biasanya lebih sinis, lebih rentan, dan kurang terinformasi dibanding kelompok umur lebih tua, dan lebih mudah dipengaruhi oleh konsumsi media tidak seimbang dan konteks sosial dan politik miring. Pola ini berubah melalui konsumsi media yang ‘diberikan’ dan ‘dipilih’ dan karakteristik politik generasi. Pemilih muda di era internet dan media sosial tidak lagi diam. Pola penyimpangan dari spiral keheningan yang memudar, spiral suara ganda, dan spiral kebalikan dari keheningan di antara dua generasi termuda di lanskap politik AS, dan kecenderungannya lebih kuat Generasi Z dibanding Generasi Millennial. Generasi Z pemilih muda pada Pemilihan Umum 2016 jauh lebih ekspresif terlepas dari opini publik dan bahkan lebih ekspresif dalam lingkungan opini yang tidak sesuai, dan membentuk pandangan kontra yang lebih kuat, dibandingkan dengan pemilih muda Generasi Millennial pada Pemilihan Umum 2004. Hasil dari survei pertama Pusat Studi Kapitalisme di Wake Forest tahun 2021 yang dipublikasikan pada tahun 2022, menunjukkan bahwa tidak mengejutkan kalau kaum muda AS terbuka untuk sistem atau mekanisme yang mereka yakini dapat membantu mencapai kesuksesan, mengurangi risiko, dan melihat masalah nasional atau global penting yang dibahas.
Ojo (2022) menyebutkan bahwa semakin banyak literatur menunjukkan tentang Generasi Millennial dalam posisi ketidakpastian namun bersemangat untuk berpartisipasi dalam revolusi sosial. Penentu yang mendasari kecenderungan bergabung dengan pemberontakan sosial belum ditetapkan secara empiris. Memprediksi kecenderungan revolusi sosial di antara 29.003 Generasi Millennial di 36 Negara Afrika, berdasar analisis empiris menunjukkan bahwa ketidakpuasan dengan pemerintah korup telah didorong ke titik kritis oleh ribuan kaum muda pengangguran yang terhubung melalui media sosial. Masalah pembangunan ekonomi (manajemen ekonomi secara keseluruhan, penanganan kebutuhan pendidikan, kejahatan, dan penyediaan dan pemeliharaan infrastruktur), tipe rezim (monarki konstitusi), dan efektivitas negara (kinerja anggota parlemen dan kepala negara) dipertimbangkan dengan hati-hati. Potensi menggambarkan dan mendesain ulang batas imajinasi politik dan menumbuhkan politik baru disorot dalam aktivisme kaum muda kontemporer, penolakan, dan tidak kompromis terhadap budaya politik yang ada. Dalam penolakan elit tanpa henti, kaum muda menunggu untuk diartikulasikan demi terwujudnya perubahan radikal dan struktural sepenuhnya, fase ini diprakarsai oleh Generasi Millennial.
Bersambung ke halaman selanjutnya –>