More

    Politik Millenial Kritis dan Independen

    Virtuous Setyaka berfoto bersama dengan mahasiswa setelah diskusi Obrolan Politik Seputar Indonesia (OPSI) 9 dengan tema “Politik Milennial: Kritis dan Independen” yang diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Politeknik Negeri Padang (BEM KM PNP) pada Minggu, 06 November 2022 di Padang.  

    Millennial sebagai Produk Sejarah dan Dinamika Dunia

    Elson dan King (2022) mendefinisikan Generasi Millennial (atau Millennium) dan Generasi Z dengan mengikuti definisi dari Pew Research Center, menyebutkan bahwa pada tahun 2021 Generasi Millennial tertua berusia 40 dan yang termuda adalah 25 tahun, sedangkan Generasi Z tertua adalah 24 dan yang termuda sembilan tahun. Real (2022) mengklasifikasikan usia kohort atau kelompok generasi sebagai berikut (1) Generasi Z: lahir 1997-2012, usia 18 -24; (2) Generasi Millennial: lahir 1981-1996, usia 25-40; (3) Generasi X: lahir 1965-1980, usia 41-55; (4) Generasi Boomers: Lahir 1946-64, usia 56-75; dan (5) Generasi Silent: Lahir 1928-45, usia 76-93. Cevik (2022) mengidentifikasi Generasi Millennial (Gen Y dan Gen Z) sebagai generasi global yang melahirkan gaya generasi baru. Kondisi historis membentuk pengalaman hidup millennial yang ditandai perubahan berkelanjutan dalam keaktoran dari struktur makro ke agen mikro. Mengutip Rosenau (2003), tatanan dunia baru digerakkan gelombang transformasi sosial ekonomi global, terutama neoliberalisasi dan globalisasi; serta digitalisasi kehidupan dan revolusi keterampilan. 

    Pengalaman formatif itu menurut Cevik (2022) mendorong tiga norma yang membedakan mereka: kemandirian, quotidianisme, dan regenerasi. Kemandirian mengacu pada orientasi normatif pada diri (dan individu) sebagai aktor yang dan harus menjadi pusat dari peristiwa. Quotidianisme, merujuk pergeseran fokus dan minat dari narasi besar, ideologi, dan retorika terhadap masalah kehidupan sehari-hari, dan solusi praktis. Regenerasi adalah penolakan orientasi dan interpretasi normatif (taktik, makna, nilai -nilai) yang dipaksakan oleh makro, sistem impersonal (negara, perusahaan besar, layanan IP, ahli, dan lain-lain) sebagai pengganti partisipasi publik lebih besar dalam produksi berbagai hal, proses, atau skema interpretatif mengenai arti menjadi warga negara, menggunakan kembali produk tertentu, menjadi spiritual, atau mendefinisikan pertumbuhan ekonomi. Manifestasi norma-norma ini dalam politik adalah kemandirian dan tanggung jawab diri, quotidianisme dimanifestasikan ke arah politik orang biasa, dan regenerasi dalam politik do-it-yourself (DIY). Di bidang ekonomi, aktor mandiri tercermin melalui profil pekerjaan baru sebagai “kreator”, quotidianisme diekspresikan melalui pekerjaan yang memonetisasi individualitas dan kedirian, dan regenerasi mengambil bentuk “pembuatan/penciptaan kritis”. Kaum muda bisa menciptakan pusat konfigurasi baru dalam masyarakat, dari norma kewarganegaraan baru hingga pola pasar baru.

    - Advertisement -

    Berpolitik bagi Milennial: Bersiasat dalam Pertempuran Keseharian

    Berpolitik adalah kata kerja yang menunjukkan kemauan dan kemampuan seseorang untuk terlibat langsung maupun tidak langsung dalam dinamika politik yang ada. Meskipun tidak mau dan tidak mampu, sesungguhnya kehidupan sehari-hari adalah politis. Sehingga jika tidak secara sadar berpolitik, maka setiap orang akan dipolitisir atau terpolitisasi. Dengan demikian maka dalam konteks politik sehari-hari, seseorang terpaksa harus memilih menjadi aktor aktif atau aktor pasif dalam dinamika politik.

    Milennial yang pada akhirnya lebih tepat merujuk pada Generasi Y, namun ada juga yang memasukkan Generasi Z ke dalamnya, adalah orang-orang yang harus memilih untuk menjadi aktor aktif dalam dinamika politik jika tidak mau atau tidak ingin menjadi korban politik. Sebab politik adalah sebuah siasat atau strategi dalam kehidupan sehari-hari untuk menata dan mengurus agar hidup manusia menjadi lebih mudah dan lebih baik. Politik dapat dipahami ada yang fromal (melalui lembaga konvensional) dan tidak formal (melalui gerakan sosial), dan pada akhirnya mengarah pada pengertian politik sebagai perseteruan keseharian. 

    Dinamika politik yang di dalamnya ada relasi kuasa, struktur, sistem, dan tindakan atau aktivitas politik, harus direspon dengan beragam pilihan. Mengikuti arus kehidupan politik yang ada atau melawan arus untuk melakukan perubahan kehidupan politik yang dikehendaki. Mungkin ada pilihan di antara keduanya, namun biasanya hanya sebagai strategi dan taktik yang pada akhirnya harus berhadapan dengan pilihan-pilihan akhir yang bisa ditentukan dari awal: menang atau kalah, terus berjuang atau menyerah.

    Bersambung ke halaman selanjutnya –>

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here