Millennial Berpolitik Kritis dan Independen di Indonesia?
Berpolitik kritis dan independen mensyaratkan bagi para Millennial untuk memiliki kuasa atas diri mereka di antara relasi kuasa yang ada dan melingkupi mereka. Kuasa atas daya kritis hanya bisa dibentuk melalui pendidikan politik kritis, kuasa atas daya independensi hanya bisa dibentuk melalui koperasi yang merupakan badan usaha untuk dimiliki dan dikerjakan bersama secara kolektif, kuasa atas otoritas diri dan menghadapi otoritas di luar diri hanya bisa dilakukan dengan pengorganisasian diri bersama-sama dalam organisasi masyarakat sipil sampai dengan organisasi partai politik. Bahwa masih ada kepercayaan dan bahkan keyakinan tentang diri atau individu yang mampu bertahan dalam daya kritis dan independen, namun biasanya tidak berdaya menghadapi kekuatan lingkungan yang lebih kuat dan besar, apalagi bermanfaat sebesar-besarnya bagi sebanyak-banyaknya orang lain, untuk memanusiakan manusia.
Berpolitik kritis dan independen bagi para Millennial di Indonesia dengan demikian tidak bisa hanya mengikuti arus dinamika politik yang ada, apalagi sudah menjadi pengetahuan umum bahwa dinamika politik sudah secara nyata dikuasai oligarki di hampir setiap lini struktur yang ada. Sehingga sistem politik yang ada pun juga bisa dipastikan sebagai sistem yang diproduksi dengan hegemoni dan bahkan dominasi para oligarki. Salah satu cara untuk membuktikannya adalah memeriksa konstitusi, yaitu Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 yang sudah direvisi atau diamandemen sebanyak empat kali, dan yang paling mencolok adalah pada Pasal 33 dan turunannya: hilangnya koperasi dari konstitusi di Indonesia. Mengapa koperasi harus dihilangkan di Indonesia? Karena akan menghalangi para oligarki yang juga para kapitalis-neoliberal dan kebetulan berkuasa di Indonesia untuk terus mengakumulasi kapital dengan segala keserakahan dan kemunafikan mereka yang terus menerus dipertontonkan secara terbuka alias telanjang.
***
Penulis: Virtuous Setyaka, mahasiswa S3 HI FISIP Universitas Padjadjaran, Bandung; dan Dosen HI FISIP Universitas Andalas, Padang.
Tulisan ini dipaparkan dalam Obrolan Politik Seputar Indonesia (OPSI) 9 dengan tema “Politik Milennial: Kritis dan Independen” yang diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Politeknik Negeri Padang (BEM KM PNP) pada Minggu, 06 November 2022 di Padang.
Daftar Pustaka
Cevik, N.K. (2022). “The Millennial Generational Style: New Global Political and Economic Orientations”, Journal of Economy Culture and Society, 65, 29-46. https://doi.org/10.26650/JECS2021-978819.
Elson, C. and King, K. (2022), Views of Democracy, Egalitarianism and Capitalism among Millennials and Gen Zs, Report, Center for the Study of Capitalism, Wake Forest University, April 2022.
Ojo, A. (2022). “Determinants of the Propensity for Social Revolutions Among African Millennials”, Social Revolutions and Governance Aspirations of African Millennials, Springer Briefs in Political Science. Springer, Cham. https://doi.org/10.1007/978-3-030-88546-5_4.
Real, O.C. (2022), In the Context of a Pandemic and Social Development, How Do Critical Events Shape Political Socialization, and Influence the Political Attitudes of Generational Cohorts?, Thesis, Political Science, Department of Political Science, California Polytechnic State University, Pomona, March 30, 2022.
Yun, H.J., Ancu, M., Park, J.H., Farrar, B., Kiousis, S. (2022), “The Political Youth Voice Spiral: an Application of the Spiral of Silence to Opinion Expression Among Young American Voters”, Quarterly Review of Business Disciplines, Volume 9, Issue 1, May 2022, p. 49-75.