Diplomasi Meja Jokowi dalam Konflik Rusia dan Ukraina
Indonesia sebagai negara merdeka dan bagian dari perdamaian dunia maka Indonesia selalu berkomitmen untuk mejaga perdamaian dunia. Hal ini sudah terlihat ketika Indonesia memilih gerakan Non Blok ketika konflik antara Amerika Serikat dan Uni Sovyet. Gerakan ini menjadi cikal bakal komitmen politik luar negeri Indonesia Independen dan Aktif. Independen artinya Indonesia berhak memutuskan segala sesuatu tanpa adanya intervensi yang artinya lebih netral dan tidak ikut campur. Disisi lainya aktif adalah komitmen Indonesia untuk berkontribusi dalam menjaga perdamaian dunia sesuai amanat konstitusi (Maliki dkk, 2022). Karena sifat politik luar negeri yang independen dan aktif tersebutlah Indonesia selalu memilih jalur diplomasi dalam menyelesaikan kasus yang berpotensi mengganggu perdamaian dunia.
Keterlibatan Indonesia dalam mendorong perdamaian pada konflik Rusia dan Ukraina bukan tanpa alasan. Menurut penulis ada beberapa alasan keterlibataan Indonesia dalam konflik tersebut sebagai mediator. Indonesia berkepentingan menjaga perdamaian dunia sebab implikasi dari konflik tersebut menjadikan politik global tidak stabil. Apalagi dunia baru dilanda beberapa masalah global yang sangat krusial seperti Covid 19, perubahan iklim dan digitalisasi. Keterlibatan ini menuntut Indonesia berlaku netral agar bisa adil dalam menyelesaikan konflik. Artinya Indonesia berteman dengan Ukraina dan juga bersahabat dengan Rusia.
Sejumlah produk unggulan ekpor Indonesia ke Rusia seperti minyak sawit, karet alam, kopra, minyak nabati, tekstil dll. Nilai ekonomi yang didapatkan adalah sekitar 2,35 milyar USD pada tahun 2020 turun dibandingkan pada tahun 2019, 2,45 USD. Penurunan inilah yang membuat Indonesia merugi akibat Covid 19. Dengan adanya konflik tersebut berpotensi Indonesia juga mengalami penurunan ekspor sebesar 4 persen lebih (Kemlu,2021). Di sisi lainnya ekspor Indonesia ke Ukraina mencapai US$417 juta dan impor US$1,04 miliar sehingga neraca perdagangan defisit US$623,9 juta. Terhitung bulan Januari Februari ekspor Indonesia mencapai US$28,7 dan impor US$6,9 juta (CNBC, 2022). Oleh sebab itulah sangat penting kiranya menjaga perdamaian dalam konflik tersebut karena implikasi ekonominya sangat signifikan.
Pertimbangan lainya adalah kebutuhan pokok seperti produk gandum yang berasal dari Ukraina dan ekspor energi yang berasal dari Rusia. Impor gandum Indonesia kepada Ukraina anjlok 97 persen atau setara dengan US$91,4 juta (BPS RI, 2022). Implikasinya industri seperti mi instan di Indonesia berpotensi naik drastis bisa mencapai harga tiga kali lipat. Sementara mi instan adalah salah satu makanan yang sangat digemari di Indonesia. Kemudian impor migas Indonesia mencapai 805 triliun pada tahun 2021 (BPS, 2022). Artinya dengan konflik tersebut akan mengganggu ketersediaan energi dunia termasuk Indonesia. Apalagi saat ini harga Bahan Bakar Minyak di Indonesia di naikan dan tentunya berimplikasi pada ekonomi masyarakat.
Menyikapi hal inilah diplomasi meja merupakan cara Indonesia melakukan negosiasi agar konflik tersebut segera berahir. Hal ini terbukti ketika pertemuan Jokowi dengan Presiden Putin dan Zelensky pada tahun 2022 terlihat pada foto berikut ini:
Pada kedua gambar tersebut terlihat posisi Jokowi dengan Putin serta Zelensky sangat dekat. Menunjukan netralitas dan sentralitas Indonesia yang bertindak sebagai mediator. Dari dua pertemuan tersebut Jokowi membahas isu-isu strategis dengan kedua negara dalam dua pertemaun berbeda. Isu-isu seperti kerjasama bilateral, pangan, energi, dan bidang lainya merupakan bahasan serius dari pertemaun itu. Dari dua pertemuan tersebut Indonesia dinggap sebagai negara yang damai, selalu berkomitmen untuk perdamaian dan berlaku netral. Implikasinya jarak antar kedua pemimpin tidak jauh. Artinya bisa dilihat bahwa pola komunikasi sangat konstruktif, karena Indonesia dianggap sebagai mitra strategis dan mampu menempatkan diri sesuai kepentingan nasional. Berbeda dengan posisi Putin dan Macron seperti pada gambar berikut:
Pada gambar di atas terlihat jelas Putin dan Macron Presiden Prancis sangat berjarak dalam pola komunikasi. Artinya Putin menganggap Macron bisa sebagai mata-mata, competitor, dan bagian dari aliansi barat yang di utus oleh Amerika Serikat. Sehingga terlihat ketidak seriusan Putin untuk berbicara. Berbeda dengan posisi Jokowi dengan Putin yang lebih dekat dan lebih konstruktif. Dari gambar tersebut Indonesia mampu memposisikan diri sebagai negara yang netral dan sentral dalam perdamaian dunia. Implementasi independen dan aktif adalah komitmen Indonesia untuk menjaga perdamaian dan kerjasama internasional. Pada diplomasi dengan Rusia, Indonesia mengharapkan kualitas hubungan bilateral, peningkatan kerjasama, mendukung G20, tegaskan pentingnya perdamaian, dan jaminan pasokan pangan. Dan diplomasi meja Indonesia ke Ukraina adalah menyampaikan empati, mendukung G20, bebas visa dan dialog damai (CNN, 2022).
Oleh sebab itulah, dari diplomasi meja di atas Indonesia mampu memposisikan diri sebagai negara yang netral dan sentral dalam hubungan internasional. Serta mampu menciptakan kualitas diplomasi yang selaras dan berimbang sebagai mediator. Indonesia dianggap sebagai negara yang strategis baik Ukraina dan Rusia sebagai mitra kerjasama internasional.
*Penulis: Akademisi Hubungan Internasional, UPN Veteran Jakarta