Maka sudah jelas, nagari dan mahasiswa sebenarnya memiliki kepentingan yang sangat terikat satu sama lain. Di satu sisi nagari perlu mahasiswa sebagai penggerak pembangunan. Di sisi lain mahasiswa perlu negari untuk mempraktekan ilmu yang mereka pelajari. Dengan apresiasi pendidikan benang merah kepentingan nagari dan mahasiswa bisa dipertemukan.
Nagari bisa mulai dengan mengumpulkan semua anak nagari yang menjadi mahasiswa, jumlah mereka yang tidak banyak saya pikir tidak akan memakan biaya yang besar. Pertemuan nagari dan mahasiswa ini bertujuan untuk mengumpulkan data dan membangun hubungan emosional. Setelah itu nagari bisa memetakan bagaimana kondisi ekonomi mahasiswa dan apa yang mereka butuhkan.
Untuk dana bantuan pendidikan ini bisa nagari hasilkan dari sumbangan masyarakat nagari dan orang rantau yang diprogramkan. Selain itu dana juga bisa ditambah dari pemanfaatan dana desa yang nagari terima. Setelah itu para mahasiswa diberikan bantuan pendidikan. Untuk bantuan selanjutnya barulah nagari memberikan syarat berupa kewajiban mahasiswa membuat program saat mereka libur semester. Mahasiswa nagari yang tidak bisa pulang kampung saat libur semester bisa membantu program nagari dari jauh. Bisa juga mempromosikan nagari maupun produknya di perantauan.
Kehadiran mahasiswa di nagari secara nyata serta program yang jelas dan berkelanjutan akan sangat berguna untuk nagari. Program mereka bisa diarahkan untuk mendorong potensi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dan wisata yang berbasis di nagari mereka masing-masing. Jika potensi ini bisa dimaksimalkan, bantuan pendidikan untuk mereka tentu juga akan bertambah.
Bagi mahasiswa seharusnya ini menjadi sebuh peluang bagus, pertama mereka mendapat bantuan biaya pendidikan. Kedua mereka memiliki tempat yang sudah pasti untuk mempraktekan keilmuan mereka. Setiap libur semester, para mahasiswa bisa berkumpul dan berdiskusi mengenai program yang akan mereka jalankan. Diskusi ini juga harus dihadiri oleh para anak muda yang tidak melanjutkan pendidikan serta mereka yang masih SMA dan sederajat. Ini berguna untuk memaksimalkan trasnsfer pengetahuan ke semua anak muda. Dengan begitu sudah tentu anak nagari akan terbiasa melakukan diskusi dan melatih public speaking mereka. Juga para calon mahasiswa di nagari, lewat cara ini akan mendapatkan gambaran dan motivasi untuk melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi.
Jika sudah demikian, kampus tentu juga mendapatkan manfaat. Upaya untuk merealisasikan poin ketiga Tri Dharma Perguruan Tinggi juga bisa dipercepat. Mahasiswa akan teruji secara teori dan praktek seperti intelektual organik yang berpraksis. Dosen-dosen yang ahli dibidangnya juga bisa ikut turun untuk membina atau melakukan pengawasan dalam program yang dilakukan oleh anak nagari di nagari mereka masing-masing.
Dari pengamatan penulis, setiap nagari tentu memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan. Khususnya pada sektor pertanian, peternakan dan pariwisata. Alasan kenapa potensi ini tidak dapat dikelola secara maksimal disebabkan oleh pengetahuan yang terbatas dan pengorganisiran massa yang kurang kuat. Sudah saatnya nagari, mahasiswa serta perguruan tinggi berjalan bersama dalam menyelesaikan masalah nyata di masyarakat.
Harapannya jika ide ini bisa dijalankan, di nagari-nagari akan muncul para intelektual yang mengabdikan diri untuk masyarakat dan nagari. Mereka adalah intelektual organik yang paham akan masalah di masyarakat tempat mereka berada. Penulis selalu mengingat apa yang dikatakan oleh salah seorang mentor: peneliti yang baik adalah mereka yang meneliti masalah nyata yang ada di sekitarnya.
*Penulis adalah Mahasiswa HI, FISIP, Uiversitas Andalas (Unand).
Menarik bagaimana bung mengangkat dan menyadari permasalahan kurangnya manusia intelektual di sebuah nagari. SDM yang baik tentu sangat dibutuhkan dalam pembangunan manusia nagari, namun ada beberapa hal yang harus kita garis bawahi dalam hal ini, yaitu :
1. Sistem pendidikan tinggi kita yang mayoritas berorientasi pada industri, sehingga membuat mayoritas alumni nya akan cenderung menjadi buruh; 2. Pembangunan menurut saya tidak selalu identik dengan kemajuan ekonomi, sebab hal ini bisa membuat nagari nantinya akan menjadi daerah industri baru yang akan cenderung merusak nilai, budaya, lingkungan dan tatanan sosial di sebuah nagari; 3. Pembangunan berbasis budaya dan lingkungan harus dikedepankan dalam membangun sebuah nagari.