Literasi Sepak Bola: Pembangunan Manusia Dengan Sepak Bola dan Membaca Buku
Elemen mendasar sepak bola tidak lepas dengan pengaruhnya untuk pembangunan manusia secara utuh dan tangguh. Sepak bola berguna untuk membentuk karakter berdaya juang, pantang menyerah, bertekad kuat, dan kolaboratif di samping secara umum bermanfaat untuk aspek motorik seorang anak. Dalam rangka untuk pembangunan manusia, sepak bola harus dipadukan dengan pembiasaan dan pembudayaan membaca bagi seorang anak-anak yang menggeluti sepak bola atau berlatih sepak bola. Perpaduan antara pelatihan sepak bola mengasah beragam dimensi dari perangkat yang ada dalam tubuh manusia: Akal, Panca Indera, Insting, Perasaan, dan Imajinasi. Meskipun harus diakui pelatihan sepak bola mesti dilakukan secara benar dan membangun dengan metode yang terukur. pelatihan sepak bola dan membaca saling melengkapi dan mempertajam dalam mengasah tumbuh kembang anak.
Penulis sepak bola Danny Scott, dilansir Guardian menerangkan, “secara ilmiah membuktikan membaca secara teratur meningkatkan kemampuan anda untuk berpikir dan memecahkan masalah lebih cepat”. Sebagai aktivitas yang terpisah antara membaca sebagai kegiatan individu dan sepak bola sebagai permainan tim memiliki benang merah di antara keduanya. Empati menjadi kata kunci dari benang merah tersebut. Lebih lanjut ia menjelaskan, “seperti dalam To Kill a Mockingbird Atticus Finch, kemampuan empati dan cara terbaik mengasah empati adalah dengan melihat dunia melalui pembelajaran perspektif yang berbeda dalam buku. Ini seperti yang diinginkan seorang pelatih dalam tim, di mana seorang pemain memahami bagaimana pikiran mereka sendiri bekerja sambil juga menangkap apa yang dipikirkan rekan setim. Ini berlaku dalam klub-klub top eropa yang dihuni pemain dari latar belakang dan negara yang beragam”.
Dengan membaca buku, sejatinya menopang intelejensi seorang pemain di lapangan secara khusus dan membangun kecerdasan manusia secara umum. Sementara sepak bola mengasah keaktifan subyek dan ketangkasan berkolaborasi dalam mewarnai dan berperan dengan situasi dan kondisi yang dihadapi, seperti dalam lapangan. Alhasil berlatih sepak bola yang diperkuat dengan membaca buku, melatih cara pikir yang rasional dan reflektif serta menempa kesadaran transformatif.
Sepak Bola Grassroots, Pengorganisiran Sepak Bola
Sentuhan sepak bola untuk pembangunan manusia dan sosial sebagai tafsir peradaban yang dibutuhkan dapat diartikulasikan dalam bentuk sederhana. Yakni, memberikan pelatihan sepak bola gratis untuk anak-anak miskin. FILeM (Forum Peduli Literasi Masyarakat) memberikan literasi sepak bola sebagai alat mengedukasi masyarakat bersamaan dengan Taman Bacaan Rakyat untuk membangun kapasitas masyarakat. Literasi sepak bola dan Taman Bacaan Rakyat adalah satu kesatuan sebagai pengorganisiran untuk memupuk manusia yang cerdas dan tangguh dan membangun semangat kolektif di perkotaan. Sepak bola menjadi wadah untuk memperbaiki solidaritas dan kebersamaan dalam hidup bermasyarakat, iklim saling mendidik dan membangun harus senantiasa dirawat dalam menciptakan kohesi sosial, di mana dalam komunitas masyarakat terjalin saling mendidik dari anggota yang paling belia.
Di Petamburan, pelatihan sepak bola diberikan dimulai dari anak usia 5 tahun hingga 16 tahun, dengan latihan terjadwal tiap minggunya bersamaan dengan agenda Taman Bacaan Rakyat. Jenjang umur ini membangun pola pelatihan yang berkesinambungan, dengan saya yang pernah mengenyam sekolah sepak bola dan pernah berkarir di sepak bola sampai memutuskan beasiswa kuliah dari sepak bola sebagai pelatih untuk yang paling besar. Dan yang paling besar didorong untuk memberanikan diri menjadi pendamping untuk anak-anak yang paling kecil. Dengan sepak bola, empati dan kepekaan sosial lebih mudah terbangun karena nilai-nilai sepak bola sendiri yang mencerminkan solidaritas, kerja sama tim, dan kebersamaan. Komunitas masyarakat sebagai milik bersama harus dirawat dan dikembangkan bersama. Itu adalah tanggung jawab setiap anggota masyarakat. Sebagai makhluk sosial manusia memiliki tanggung jawab sosial bagi sesama dan lingkungan masyarakatnya.
Pelatihan sepak bola sebagai alat memberdayakan masyarakat bermakna strategis di Petamburan. Pertama sebagai media mendidik anak dan pembentukan karakter dan sebagai media menginstruksikan anak-anak rajin membaca buku. Yang kedua adalah untuk pencegahan terhadap bahaya narkoba. Seperti persoalan sosial dan budaya di Petamburan yang berimbas ke pendidikan dan pembangunan manusia. Petamburan adalah wilayah rentan narkoba dan salah satu wilayah dengan peredaran narkoba yang tinggi. Pengorganisiran sepak bola menjadikan sepak bola sebagai counter terhadap pengaruh buruk narkoba di lingkungan Petamburan. Upaya ini untuk melindungi anak-anak sebagai generasi muda. Dengan literasi sepak bola dilakukan upaya pendekatan pola hidup sehat dan disiplin untuk membentengi anak-anak dari bahaya narkoba, dan menekan demand atau pencegahan narkoba.
Menjadi catatan lainnya adalah sebagai kawasan padat penduduk dan menengah ke bawah, Petamburan tergolong daerah yang dilanda problem kemiskinan. Momok kemiskinan berimbas kepada tumbuh kembang anak dan akses terhadap pendidikan dan hal lainnya. Bagi anak miskin, ini memicu pilihan yang terbatas untuk dia berkembang dan tumbuh sebagai manusia. Perjuangannya berkali-kali lipat lebih terjal untuk dapat kuliah, penghidupan yang layak, dan menorehkan kisah kesuksesan. Magis sepak bola, seperti yang dirasakan penulis, yang mendapat beasiswa kuliah dari keahlian bermain sepak bola. Sepak bola dapat menjadi keberkahan untuk mengubah nasib dan memperbaiki hidup. Literasi sepak bola ini sebagai pendidikan manusia tak lepas untuk membekali seorang anak kemampuan non-akademis agar dia berdaya dalam hidupnya. Selain itu sepak bola sebagai energi untuk menumbuhkan harapan, keberanian bermimpi, dan kekuatan untuk melangkah bagi anak-anak miskin untuk percaya diri dalam menjalani hidup.
Sepak bola membawa kemungkinan bagi anak-anak miskin, sebagai profesi dengan menjadi pesepak bola profesional, kuliah melalui jalur atlet, dan kerja dengan kemampuan sepak bola sebagai nilai plus. Sepak bola memiliki banyak keajaiban. Dan keahlian bermain sepak bola membuka kemungkinan lainnya dari jaringan pertemanan yang didapat dalam bermain sepak bola. Sepak bola membantu anak-anak menyadari potensinya dan betapa dia berharga sebagai manusia.
*Penulis adalah Mahasiswa tingkat akhir FISIP HI UKI, Inisiator FILeM (Forum Peduli Literasi Masyarakat) dan anggota Geostrategy Study Club (GSC).