More

    Sepak Bola Dan Tafsir Peradaban yang Dibutuhkan

    Oleh: Mikhail Adam*

    Illustration by chaseyoursport.com

    Sepak bola memiliki tafsir peradaban yang hebat.  Jika dihayati, dari sepak bola melingkupi dimensi kehidupan yang luas dan kompleks. Cerita pembangunan manusia, mencetak generasi yg tangguh dan cerdas, dan dampak ekonomi bagi banyak keluarga miskin. Sepak bola modern harus memiliki tafsir yang dibutuhkan oleh peradaban sebagai kearifan yang berserat dan berakar dari sejarah panjang umat manusia dalam menemukan bentuk kemanusiaan universal. Bukan tidak sejalan apalagi bertentangan dengan kebutuhan peradaban. Bukan sepak bola uang yang mengikis sisi kemanusiaan, atau malah menjelma monster untuk menutupi isu sosial politik yang memengaruhi hajat hidup semua orang. Tapi sepak bola mesti berdasar dari nilai-nilai kemanusiaan, kesetaraan, dan kebebasan. Sepak bola untuk kemanusiaan. Sepak bola sebagai energi harapan.

    Magis Sepak Bola di Afrika 

    - Advertisement -

    Lapangan Ikada atau yang dikenal sekarang dengan Lapangan Banteng, tempat pertama kali saya bersua dengan pesepakbola Afrika yang dipanggil Father oleh pemain-pemain asal Afrika lain. Itu adalah rutinitas Rondo untuk menjaga sentuhan dan kebugaran, jika tidak sedang main di klub atau tarkam. Belakangan baru kuketahui pria itu adalah Junior Lamin Conteh, pemain asal Sierra Leone, seorang pesepak bola yang pernah berkarir di Jerman, Belgia, Qatar, Malaysia, dan Indonesia bersama Pelita Jaya. Sebutan Father semacam pengakuan, yang tak hanya soal skills olah bola yang mumpuni atau senior, namun sikap kebapakan, yang mencerminkan kebaikan hati father yang membuat dia mendapat penghormatan dari para Afrika lainnya.

    Dalam sebuah percakapan setelah latihan sembari cooling down, pemain Afrika dari Pantai Gading, Cherif berujar, “Father itu baik sekali, dia suka bantu orang. Dia suka bagikan sepatu dan uang kepada teman-temannya. Suatu ketika ada yang meminta jam tangannya yang bernilai ratusan juta, ia berikan begitu saja.” Fenomena seperti ini lazim ditemui pemain Afrika, beberapa pemain yang kukenal mengatakan sesuatu yang relatif sama. “Kami di Afrika banyak pemain yang lahir dari keluarga miskin. Kami tahu rasanya tidak punya. ketika kami mendapatkan lebih, kami akan berbagi”. Ucap Mamadou Diallo. Serta kesaksian beberapa pemain Afrika yang bermain di Indonesia, mereka pernah menyinggung bintang asal Pantai Gading, Kolo Toure, menuturkan, “Ia selalu membagikan uang di kampungnya saat libur kompetisi Eropa, dia bagi uang berkarung-karung. Kolo juga mengayomi bagi juniornya, pemain Afrika lain yang merintis karir di Eropa”.  Tak mengherankan ketika, Sadio Mane, pemain berpaspor Senegal menyumbangkan dana senilai 445 ribu poundsterling (Rp8,1 Miliar) di Desa Bambali, Sedhiou untuk membangun rumah sakit. Tak berhenti di situ, eks pemain Liverpool turut membangun sekolah gratis dan akses internet 4G di kampung halamanya. Mantan rekan setim Mane di Liverpool, Mohammed Salah, juga menyumbangkan sekitar 400 ribu poundsterling (Rp7,2 miliar) untuk keperluan unit ambulans, inkubasi, dan membangun pabrik pengolahan limbah untuk memastikan akses air bersih bagi masyarakat kampung halamannya.

    Masih di Afrika, tanah yang sering dirundung konflik. Sepak bola menunjukkan magisnya dengan monumental. Kisah itu datang dari Didier Drogba yang memimpin rekan-rekannya lolos ke Piala Dunia 2006. Perang saudara di negerinya yang berkecamuk sejak 2002, berhasil mereda berkat sepak bola. 8 Oktober 2005 menjadi hari bersejarah bagi Pantai Gading, setelah Drogba dkk. berhasil mengalahkan Sudan 3-1 dan memastikan satu tiket lolos Piala Dunia, serta hasil imbang Kamerun melawan Mesir yang memastikan Pantai Gading lolos Piala Dunia.

    Dalam pidato setelah kemenangan atas Sudan, Drogba mengatakan, “Pria dan wanita Pantai Gading. Dari utara, selatan, tengah, dan barat, kami membuktikan hari ini bahwa semua orang Pantai Gading dapat hidup berdampingan dan bermain bersama dengan tujuan yang sama: untuk lolos ke Piala Dunia”.  Lebih lanjut Drogba mengatakan, “Hari ini, kami memohon dengan berlutut. Satu-satunya negara di Afrika dengan begitu banyak kekayaan tidak boleh turun ke medan perang. Silakan letakkan senjata kalian dan adakan pemilihan umum”. Keberhasilan Pantai Gading memicu resolusi konflik dan perdamaian yang terwujud tahun 2007 di Pantai Gading. Para pesepakbola Afrika memiliki sesuatu yg menarik, kisah pesepakbola yang membuat persatuan, perjuangan, dan mengangkat harkat dan martabat sebuah bangsa.

    Bersambung ke halaman selanjutnya –>

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here