Lewat diskusi ini terlihat bahwa permasalahan harga beras ternyata hanya permukaan dari masalah yang lebih kompleks. Faktor yang menyebabkan terjadinya lonjakan harga bisa dikaji dari segi ekonomi, sosial, budaya, politik, sejarah dan birokrasi pemerintah.
Ken Ndaru menekankan penting bagi setiap penggerak untuk melanjutkan upaya perbaikan di berbagai sektor. Namun mereka tidak boleh terasing dengan gerakan lain. Sedangkan Prof. Dwijono Hadi menekankan pada pengembalian kedaulatan terhadap petani. Dia mengajak semua pihak untuk mendidik dan mendampingi petani agar berdaulat.
Selain itu, tanggapan peserta juga mendorong diskusi lebih jauh tentang pemanfaatan koperasi. Namun perlu upaya lebih untuk mengembalikan hakikat koperasi yang sudah terlanjur dilupakan. Perpaduan antara pertanian dan perkoperasian sangat mungkin menjadi solusi atas masalah pangan. Dengan koperasi petani bisa membangun kekuatan. Contohnya bisa dilihat di negara Jepang, para petani bergabung dalam koperasi dan memperjuangkan hak mereka.
Furqan AMC, selaku Sekjen Geostrategy Study Club (GSC) mengatakan bahwa diskusi akan terus dilanjutkan untuk memupuk gerakan menjadi konkrit. “Saya berharap dari majelis kritis ini, kawan-kawan bisa membuka hati dan diri secara keseluruhan untuk saling bergandengan tangan” ujarnya sebelum menutup Majelis Kritis ini.
*Penulis adalah Mahasiswa HI, FISIP, Uiversitas Andalas (Unand).