Dalam pemikiran Tan Malaka, kedaulatan yang dimaksud dapat diketahui dari bukunya Merdeka 100 persen yang diterbitkan di Surabaya, 24 November 1945. Dalam buku tersebut dimuat tiga tulisan Politik, Rencana Ekonomi Berjuang dan Muslihat. Tulisan Tan Malaka dibuat dalam bentuk dialog dengan beberapa tokoh yaitu MR. APAL (wakil kaum inteligensia), SI TOKE (wakil pedagang kelas menengah), SI PACUL (wakil kaum tani), DENMAS (wakil kaum ningrat), dan SI GODAM (wakil buruh besi).
Kedaulatan yang dimaksud oleh Tan Malaka didasari atas suara rakyat yang mandatnya diwakilkan kepada pemimpin. Proses pengembilan keputusan melalui musyawarah dan mufakat dalam mencari kebenaran. Bukan melalui suara terbanyak namun berpikir secara logika dan berkeadilan. Hal ini sesuai dengan adagium Adat Minangkabau, kamanakan barajo ka mamak; mamak barajo ka pangulu; pangulu barajo di nan bana; Nan bana tagak sandirinyo.Kemenakan beraja ke mamak; mamak beraja ke penghulu; penghulu beraja dengan yang benar; yang benar berdiri dengan sendirinya.
Pembahasan tentang kedaulat dapat dilihat dari pernyataan SI TOKE : Indonesia tak perlu lari ke negara asing saja. Indonesia sendiri mempunyai “suara rakyat” itu. Di masa luhurnya Minangkabau, abad 14 sampai l6, Minangkabau berdasarkan kekeluargaan juga: Rakyat ber-raja pada Penghulu Penghulu ber-raja pada Mufakat Mufakat ber-raja pada alur dan patut. Jadi raja yang diakui lebih tinggi dari Penghulu sebagai wakil rakyat ialah kata Mufakat. Tetapi “Kata Mufakat” itu mesti diperoleh dengan perundingan yang merdeka, tenang, dan luas. Putusan yang diperoleh tiadalah takluk pada Kata Raja atau laskarnya, melainkan pada Alur (logika) dan Patut (keadilan). Alur dan Patutlah Raja Tertinggi di Minangkabau pada masa jaya. Maharaja di Minangkabau itu takluk pada Kata Mufakat, pernah disalahkan oleh Mahkamah Agung Minangkabau. Disangka kedaulatan Rakyat Minangkabau semacam itu, yang berupa “suara rakyat” itu diturunkan oleh pemikir “Ketumenggungan”.Cuplikan pernyataan ini dikutip dalam bagian II Bentuk Negara dan Kedaulatan.
Selanjutnya dalam tulisan Tan Malaka yang berjudul Politik masih menguraikan kedaulatan menurut SI TOKE : Barangkali saya tak salah, kalau yang isi itu ialah “Kedaulatan” tersebut. Rupanya Kedaulatan itu berarti “kemauan” atau “kekuasaan”. Dan pada kekuasaan itulah terletaknya “hak lahir atau batin” dari seseorang atau golongan orang dalam masyarakat.Dialog dilanjutkan oleh SI GODAM : …..3) Isi kemerdekaan itu ialah kedaulatan, dan kedaulatan itu ialah berupa kekuasaan dan kemakmuran. Pertanyaan tentang “siapakah atau golongan siapakah yang berdaulat pada satu negara merdeka” mesti dilaksanakan atas pertanyaan “siapakah atau golongan manakah yang sebenarnya memegang kekuasaan dan mengecap kemakmuran dalam negara itu”. Dipandang dari penjuru ini maka “demokrasi” yang dibangga-banggakan negara kapitalis itu, kalau diteropong besarnya golongan atau kelas yang sebenarnya memegang kekuasaan dan merasakan kemakmuran itu tiadalah sepadan dengan namanya “kedaulatan rakyat”.
Dari dialog yang ada di atas jelas bahwa apa pun bentuk kedaulatan itu pada hakikatnya milik rakyat. Kondisi yang terjadi saat ini, rakyat kehilangan kedaulatannya. Rakyat merasa negara tidak hadir dalam merealisasikan kedaulatan itu. Rakyat hanya tahu sembako murah dan anak-anaknya dapat bersekolah tanpa masalah biaya pendidikan. Yang terjadi adalah adanya perasaan bahwa negara ini dijajah oleh asing secara ekonomi.
Ada beberapa hal tidak wujudnya kedaulatan rakyat hari ini yaitu :
Bersambung ke halaman selanjutnya –>