Dudi Setiawan dari Universitas Tujuh Belas Agustus (UNTAG) Cirebon, membenarkan apa yang disampaikam Furqan.
“Kalaupun ada yang harus ditandatangani, saya siap tanda tangan tanpa harus banyak perhitungan. Sudah saatnya kita bergerak dengan kepemimpinan yang solid,” ujarnya menegaskan.
Suasana forum semakin khidmat ketika kemudian Kaisar Robinson dari Universitas Langlangbuana (UNLA) bicara.
“Saya sudah 23 tahun puasa bicara gerakan di khalayak. Jauh di sumatera sana, saya hanya tekun mengolah sawah yang sepetak untuk bertahan hidup. Dari kejauhan saya hanya menonton kawan-kawan yang bekiprah di Jakarta maupun Bandung menggarap sawah ladang gerakan kita yang luas. Namun kini tiba saatnya saya ingin menagih sudah berapa buah yang bisa dipetik dan dipanen dari ladang kita tersebut?” tanyanya tajam.
Sementara itu Lukman Nur Hakim dari Universitas Parahyangan (UNPAR) mengingatkan, “Yang penting apapun keputusan yang akan kita ambil, harus dtempuh dengan cara demokratis. Dan kalau sudah diputuskan, kita harus komit menjalankan,” tegasnya.
Tak mau ketinggalan, Priston, yang nyaris tak berubah dari 20 tahun lalu, tak bosan-bosannya mengingatkan hadirin sebagaimana halnya di pertemuan-pertemuan sebelumnya yang ia hadiri.
“Dalam perjalanan tadi ke sini, saya melewati rumah makan Ampera. Ya, Amanat Penderitaan Rakyat. Kita harus bertanya sunguh-sungguh, masihkah kita setia memperjuangkan rakyat. Kalau ya, rakyat yang mana? Kok masih banyak saya temukan rakyat yang kelaparan. Saya hanya mengingatkan, jangan lupakan rakyat, jangan lupakan rakyat. Salam setengah merdeka!” ucap Priston berapi-api.
Bersambung ke halaman selanjutnya –>
98 Jabar makin solid untuk bangsa dan negara
Hidup ini tidak terlepas dari perjuangan, jangan pernah menyerah, ayo kerahkan kekuatan bersama untuk menunjukkan bahwa kita masih ada dan diperhitungkan