More

    Budaya Merah Amir Sjarifuddin

    Setelah meninggalkan budaya feodal, Amir memasuki budaya merah yang dianutnya dengan teguh, selain Kristen, sampai kelak ia ditembak mati di Ngalihan, enam hari menjelang Hari Natal atau tepatnya 19 Desember 1948—entah siapa yang menurunkan perintah semacam ini. Budaya merah merujuk pada budaya komunis. Budaya yang di bumi Indonesia sudah berkembang sejak zaman Bapa Sneevliet, Kang Semaun, Mas Marco, Haji Misbach, Paklik Alimin hingga Pakdhe Darsono. 

    Tentu saja, Amir berkenalan dengan budaya merah pasca pemberontakan kaum merah 1926/1927, setelah ia mudik dari Belanda. Namun persisnya, Amir mengenal budaya merah ini setelah ia dekat dengan Musso. Menurut pengakuannya sendiri, sebagaimana dicatat Soe Hok Gie dalam Orang-Orang Di Persimpangan Kiri Jalan, ia adalah orangnya Musso. Jadi jangan heran kalau sampai Peristiwa Madiun 1948, Amir memilih setia berdiri di sisi Musso, berada di sisi kiri jalan. 

    Budaya merah memberikan Amir kekuatan menentang budaya fasisme. Sikap kaum merah terhadap fasisme sudah sangat jelas: menolak sampai ke akar-akarnya. Titik. “Fasisme adalah serangan yang paling kejam dari kapitalis terhadap rakyat pekerja,” begitu bunyi laporan George Dimitrov dalam Kongres VII Komintern. Bahkan kamerad Stalin, karena menyadari begitu berbahayanya fasisme bagi kaum merah, bahkan mau-maunya dipeluk Roosevelt dan Churchill dalam acara konferensi di Teheran dan Yalta. Kalau bukan karena mau melawan fasisme, tentu saja kamerad Stalin anti melakukan itu. Tidak mau ia dekat-dekat dengan pejabat yang bukan bestie-nya seperti dua borjuis Amerika dan Inggris itu. 

    - Advertisement -

    Di Indonesia, Amir begitu juga: berjuang dengan caranya sendiri, mati-matian melawan budaya fasis yang dibawa Jepang. Hingga di tengah perjuangannya, tiba-tiba datanglah Indeburg dan memberikan uang sebesar 25.000 gulden untuk membiayai perjuangan tersebut. Akibat menerima ini, Sjahrir mengejek Amir sebagai “kacung londo.” Tapi dimaklumi saja kalau anak Menteng itu tak paham jalan Amir melawan fasisme.

    Uang itu lalu dipakai Amir untuk mengkonsolidasikan gerakan bawah tanah dengan kekuatan inti para anggota PKI Ilegal. Hingga kemudian terbentuklah Geraf di mana salah satu pimpinannya adalah Amir. Serupa Stalin, kalau bukan karena mau melawan fasisme, tentu saja Amir tidak mau bestie-an dengan Indeburg. Prinsip yang dipakai Amir adalah prinsip yang sering dipakai bocil-bocil zaman sekarang saat bermain game online: lawan dari musuhku adalah kawanku. Jelas tidak ada yang salah dengan prinsip ini. Toh, banyak pahlawan yang lahir dengan cara sungsang begini. 

    Bersambung ke halaman selanjutnya –>

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here