Di akhir webinar, moderator Widitusha Winduhiswara dalam catatan penutup menyebut Rusia memandang Asia Barat sebagai wilayah vital untuk memperluas pengaruhnya dan mengimbangi kekuatan Barat, khususnya Amerika Serikat. Dengan memantapkan dirinya sebagai pemain kunci dalam urusan Asia Barat, Rusia berupaya untuk memproyeksikan kekuatan di luar batas wilayahnya, mengamankan sisi selatannya, dan mencegah penyebaran ketidakstabilan yang dapat memengaruhi keamanannya sendiri, khususnya di Kaukasus dan Asia Tengah.
Keterlibatan militer Rusia di Suriah sejak 2015 merupakan manifestasi paling nyata dari komitmennya terhadap kawasan tersebut. Keterlibatan ini juga menunjukkan kesediaan Rusia untuk melindungi sekutu dan kepentingannya, yang sering kali bertentangan dengan kebijakan Barat.
Timur Tengah merupakan wilayah penting bagi pasokan energi global, dan Rusia, sebagai salah satu produsen energi terbesar di dunia, memiliki kepentingan pribadi dalam menjaga stabilitas di pasar energi. Selain itu, kemitraan Rusia dengan pemain regional utama seperti Iran, Turki, dan Arab Saudi sangat penting untuk mengoordinasikan produksi dan harga minyak melalui mekanisme seperti OPEC+.
Secara keseluruhan, keterlibatan Rusia di Asia Barat didorong oleh kombinasi strategi geopolitik, kepentingan ekonomi, dan keinginan untuk menegaskan dirinya sebagai kekuatan global di dunia multipolar.
Sementara itu dalam sambutannya membuka webinar, Sekjen GSC Furqan AMC, menyampaikan bahwa Majelis Kritis GSC ini merupayaka upaya berkesinambungan untuk memahami dunia merawat Indonesia sebagaimana visi dari GSC yang didirikan 15 Oktober 2016 yang lalu.
Pada Majelis Kritis GSC kali ini turut hadir Dr. Dina Y. Sulaeman M.Si., pakar Asia Barat dari Univeristas Padjadjaran dan Dr. Hendra Manurung S.IP. M.A. dari Universitas Pertahanan serta Eva Kusuma Sundari, S.E., M.A. mantan Legislator RI 2004-2009, 2009-2014 dan 2016-2019.