Salah satu petualangan lainnya yang meninggalkan jejak sejarah penting adalah saat di Tiongkok. Ia mengisahkan kota Hangzhou di Tiongkok sebagai kota terbesar yang pernah disinggahinya. Catatannya mengenai Tiongkok memberikan pengetahuan penting tentang negeri tirai bambu itu bagi dunia Arab.
Ibnu Batutah menjadi juru sambung pertukaran budaya Arab dan Tiongkok. Lewat Bangsa Arab, Tiongkok belajar astronomi, sistem penanggalan, dan obat-obatan.
Bersama Penjelajah lintas budaya dari Tiongkok, Laksmana Zheng He, Ibnu Batutah menjadi simbol dari interaksi dua peradaban besar itu. Dua nama ini selalu disebut dalam pidato Xi Jinping dalam Forum Kerjasama Tiongkok dan negara-negara Arab.
Adapun Zheng He adalah laksamana yang memimpin pelayaran monumental dalam sejarah Tiongkok. Total tujuh pelayaran dipimpin olehnya. Ia mengarungi lebih dari 30 negara Asia dan Afrika.
Ekspedisi baharinya ini bermakna sebagai memperluas perdagangan Tiongkok dan memformulasi jalur perdagangan maritim. Sesuatu yang pada abad-21 diangkat menjadi agenda besar pembangunan global Tiongkok dalam Belt Road Initiative.
Di tengah mozaik peradaban manusia yang beraneka ragam dan indah. Penjelajah lintas budaya seperti Marco Polo, Ibnu Batutah, dan Zheng He berperan layaknya duta peradaban. Yakni orang yang menyulam warna-warni kebudayaan manusia dalam satu frame yang utuh.
Dalam satu bingkai kemanusiaan yang universal dan membangun persahabatan antar bangsa untuk kemajuan peradaban.
Duta peradaban ini pembawa spirit dan pesan perdamaian, persatuan, dan kemanusiaan yang universal. Memperkuat kemanusiaan kita dan menjadi inspirasi jalannya sejarah.
*Penulis adalah Alumni Fisip Universitas Kristen Indonesia (UKI), Anggota Free Palestine Network (FPN) dan anggota Klub Menulis Kabar Kampus.