Prinsip dan Batasan Amar Makruf Nahi Mungkar
Bagi Muthahhari, betapapun Amar Makruf Nahi Mungkar itu penting dan harus dilakukan, penyeru ajaran ini juga harus memiliki kecerdasan dalam memahami kondisi yang ada. Dalam praktiknya seseorang dituntut untuk mengamalkannya dengan cara yang bijak dan tepat. Perlu pemamahaman akan strategi dan tidak tergesa-gesa sehingga tepat sasaran dan tidak malah menimbulkan masalah.
Allah Swt. Adalah sang Penilai dan Penetap tunggal bagi setiap prinsip. Menurut Muthahhari, ketika pun Rasulullah Saw mengangkat derajat ajaran ini setinggi-tingginya, bukan berarti sebelumya ia berada di posisi rendah. Terlebih dalam kaitannya dengan masyarakat umum yang pemikirannya cenderung tampak berbalik—yang penting kadang menjadi tidak penting dan begitu sebaliknya. Sebagai contoh, saat sedang menyuarakan kemerdekaan Palestina, kita seringkali dihadapi dengan nyinyirisme yang bunyinya, “Ngapain jauh-jauh, di negara kita pun banyak masalah” atau kalimat lain yang senada. Padahal saat seseorang mengatakan genosida di Palestina itu penting bukan berarti masalah yang lain tidak penting.
Dalam pandangan Islam, bagi Muthahhari, Amar Makruf Nahi Mungkar meniscayakan jenjang yang tahapannya runut secara rasional. Ada tingkatan yang menjadikan suatu hal perlu dilakukan dan yang sangat mendesak untuk segera tertunaikan. Seperti saat seseorang berada di kondisi yang harus memilih antara memenuhi kebutuhan anak bayinya (mendesak) dan mengenyangkan perutnya sendiri (kalah mendesak). Dengan kacamata ini, apakah kita berpikir kemerdekaan Palestina tidak lebih mendesak dari masalah yang lain? Apa yang dahulu membuat para pendahulu kita yakin—merebut kemerdekaan Indonesia dan melepas diri dari cengkeraman Kolonialisme itu jauh lebih mendesak ketimbang yang lain?
Amar Makruf Nahi Mungkar juga mesti dipahami sesuai aturan dan batasan-batasannya. Bagi Muthahhari, percuma mengamalkan ajaran ini ketika seseorang justru tidak mempertimbangkan konteks dan urgensinya. Karena pengamalan ajaran ini selain bukan atas hal yang remeh temeh, mesti menghindari potensi yang memperkeruh suasana. Semisal, saat dalam pengamalannya seseorang terkesan pongah akan golongannya sendiri, menyinggung simbol yang dianggap terhormat bagi golongan yang lain di muka umum. Itu justru menjadikan umat semakin berpecah-belah.
Batasan di sini bukan bermakna seperti mengkerdilkan kehormatan diri sendiri. Sehingga seseorang harus mundur saat nyawanya terancam bahaya dalam menyampaikan kebenaran. Alih-alih karena menghindari perbuatan melukai diri sendiri. Batasan ini berpijak dari apa yang disabdakan Rasulullah Saw, “Saat dua kehormatan bertemu, maka satu kehormatan mesti tunduk pada kehormatan yang lebih agung”. Amar Makruf Nahi Mungkar bahkan lebih mahal dan agung harganya daripada jiwa, harta dan badan kita sendiri. Alasan nyawa tidak bisa dibandingkan dengan ajaran ini yang pengaruhnya terhadap pembangunan kemanusiaan tidak bisa dibendung, bahkan dengan kekuasaan Raja-raja pun.
Muthahhari juga mengajak kita berimajinasi. Membayangkan kini Rasulullah Saw berada di tengah-tengah kaum Muslim, menyaksikan penjajahan dan genosida di Palestina. Tentu saja Rasulullah Saw geram dan kita pun menutup muka karena malu atas perbuatan kita yang lebih banyak ‘diam’. Terlebih bagi Muthahhari juga, Palestina sejatinya bukan masalah satu dua negara, namun masalah kemanusiaan semua bangsa di setiap negara. Kemanusiaan manusia belumlah sempurna saat sekumpulan gangster jahat bernama Zionisme Israel masih bertengger menginjak-injak kemanusiaan di Palestina.
Bangsa Palestina sudah terlalu banyak menderita karena terusir paksa dari tanah airnya, ini fakta sejarah yang gamblang. Kolonialisme tentu saja tidak hanya ingin mendirikan Israel, mereka seperti kurcaci yang pada waktunya menjadi raksasa. Sehingga kedepan, mungkin, pendudukannya bukan hanya di atas tanah Palestina. Membiarkannya terjadi bahkan lebih buruk dari meninggalkan Amar Makruf Nahi Munkar itu sendiri.
*Penulis adalah anggota FPN (Free Palestine Network)*
Ketika pesan ajaran suci dari Tuhan disampaikan oleh pesuluk/penempuh jalan Tuhan, maka gaungnya membangunkan jiwa-jiwa insani.
Amar makruf nahi mungkar berbanding lurus dengan sikap menentang kolonialisme, kezaliman dan ketidakadilan di muka bumi.
Salam bagi jejiwa insani yang mengaktualkan pesan moral dan akal budinya.
sejatinya seorang insan adalah “berperang”, ya berperang melawan “nafsu” angkara murka tidak secara sporadis dan serampangan, melainkan dibangun dengan akal yang dikoordinir sedemikian rupa hingga menjadi sesuai yang terkoordinir secara rapi seperti bangunan yang kokoh. “Kebaikan yang tidak terorganisir akan kalah oleh kejahatan yang terorganisir dengan baik (Ali Bin Abi Thalib)”.
Membela Palestina adalah membela yang dzhalim dari petbuatan si dzhalim. Itu adalah kewajiban kita semua sebagai orang beriman, harus kita laksanakn semampu kita.
Bela Palestina bela kemerdekaan seluruh negara didunia .
Kemerdekaan negara-negara didunia belum seutuhnya karena masih dikuasai penjajah.
Betul, syarat ummat terbaik itu adalah menyuruh yg baik dan mencegah dan memerangi kemungkaran abad skrg ini kpd ummat islam adalah membela palestina yg digenodida, dihancurkan dan dirampas tnh airnya, dan skrg penduduknya mau diusir dari tanah air mereka. Anda diam dan tidak peduli Palestina, anda adalah bagian dari penjajah tersebut, baik anda sadari ataupun tidak!!