Itulah yang menjadi ciri khas Tunisia, syahdunya nuansa ubudiyah dan keislaman berpadu dengan kemeriahan dan suka cita dalam menyemarakkan bulan agung ini.
Khusus di bulan Ramadan, pemerintah menetapkan jam kerja dari pukul 08.00 hingga 15.00 sore. Sejak pukul 16.00, suasana di jalan-jalan Kota Tunis yang biasanya ramai menjadi lebih sepi karena warga mulai berkumpul di rumah untuk berbuka puasa. Berbeda dengan di Indonesia, restoran dan hotel di Tunisia tidak ramai dengan tradisi buka puasa bersama.
Setiap rumah di Tunisia menyajikan berbagai hidangan khas saat berbuka puasa, seperti kue-kue manis khas Tunisia, di antaranya adalah zalabia dan makroudh. Zalabia, makanan berbentuk bulat berongga yang digoreng hingga berwarna keemasan, dan memiliki rasa yang sangat manis, menjadi salah satu hidangan favorit masyarakat Tunisia. Sementara itu, makroudh, makanan khas berwarna cokelat memanjang yang disiram madu, juga menjadi pilihan utama pada saat berbuka puasa bagi masyarakat Tunisia yang mayoritasnya adalah pecinta manis-manisan atau halawiyat.
Makanan utama yang selalu ada di setiap rumah adalah kuskusi, sajian tradisional Tunisia yang terbuat dari gandum dan disajikan dengan sayur-sayuran serta lauk. Kuskusi merupakan makanan pokok bagi masyarakat setempat dan selalu dihidangkan dalam berbagai kesempatan, termasuk saat ada undangan makan bersama.
Aktivitas warga Tunisia kembali ramai setelah azan Isya berkumandang, dimulai dengan salat Isya berjamaah yang kemudian dilanjutkan dengan salat Tarawih di berbagai masjid. Karena mayoritas masyarakat Tunisia bermadzhab Maliki, umumnya jumlah rokaat salat tarawih di masjid-masjid adalah 23 rokaat dengan witir, tak jauh berbeda dengan Tarawih di Indonesia.
Uniknya, salat Tarawih di Tunisia terkesan lama dibanding dengan Tarawih berjamaah di tanah air, di sini imam akan menamatkan satu juz lebih setiap malamnya dan dikhatamkan pada malam ke-27 Ramadan. Pada malam itu, masjid Zaitunah -masjid bersejarah yang menjadi mercusuar intelektulisme Tunisia- akan mengadakan tradisi khataman dan doa bersama, bertepatan dengan malam nuzulul qur’an.
Pelataran masjid akan terlihat lebih penuh dari biasanya. Seluruh masyarakat baik tua, muda, anak kecil, bahkan presiden Tunisia pun turut menghadiri doa bersama dan menyemarakkan malam khataman sekaligus memperingati nuzulul qur’an di Zaitunah. Di akhir acara, biasanya akan ditampilkan proyektor besar di menara Zaitunah yang menambah kemeriahan dan kemegahan malam tersebut.
Bersambung ke halaman selanjutnya –>