
Anomali Pidato Prabowo di Turkiye
Sementara itu, sosok Ataturk dipuja-puji dalam pidato Presiden Republik Indonesia (RI), Prabowo Subianto, di parlemen Turkiye, Kamis (10/4). Sejumlah warganet memandang Prabowo tidak memahami konteks politik internal yang tengah terjadi di Turki. Sebab parlemen Turkiye didominasi oleh Partai Keadilan dan Pembangunan yang bertolak belakang dengan Kemalisme.
Kemalisme merupakan fondasi ideologi yang diperkenalkan Ataturk dengan enam prinsip utama, yaitu Republikanisme, Nasionalisme, Populisme, Etatisme, Sekularisme, dan Reformisme. Bahkan setelah kematian Ataturk, prinsip ini masih menjadi arah dasar warga negara Turkiye pendukungnya. Kedatangan Prabowo pun merupakan balasan atas kedatangan Erdogan ke Indonesia pada Februari lalu.
Namun pidato Prabowo justru menjadi anomali tersendiri di tengah kehangatan hubungannya dengan Erdogan. Keraguan pidato itu pun salah satunya dilontarkan Pakar Hubungan Internasional Universitas Padjajaran, Teuku Rezasyah.
“Pernyataan (Prabowo) memuaskan kelompok tertentu, tapi tidak memuaskan kelompok yang lain. Idealnya, seorang pemimpin harus seimbang, dan menampilkan nilai-nilai universal kemanusiaan tanpa merujuk sosok-sosok yang berpotensi menimbulkan polemik,” ujarnya seperti dikutip dari BBC News Indonesia.
Memang dalam pidatonya, Prabowo bercerita kekagumannya kepada dua tokoh penting Turkiye, yaitu Ataturk dan Sultan Muhammad Al-Fatih, sewaktu dirinya masih muda. “Sebagai anak muda, saya punya pahlawan, saya punya ikon. Sebagai anak muda, pahlawan saya, ikon saya adalah Mustafa Kemal Ataturk dan Mehmed, Sang Penakluk,” katanya.
Prabowo menilai, di tengah ketegangan geopolitik saat ini, dibutuhkan sosok kepemimpinan yang penuh keberanian dan kearifan seperti yang dimiliki Ataturk. Riuh tepuk tangan pun kembali terdengar saat Prabowo melanjutkan pidatonya. Namun akun penyiaran negara Turki justru memasukan pidato Prabowo yang lain di media sosial mereka.
“Kalau saudara datang ke kantor saya di Jakarta, kalau saudara datang ke rumah saya di Jakarta, ada patung Mustafa Kemal Ataturk di kantor saya, di rumah saya. Bagi kami, tidak hanya di Indonesia, saya bicara di Global South, di negara-negara yang sedang berkembang, Mustafa Kemal Ataturk adalah sebuah ikon, sebuah contoh keberanian, contoh kepemimpinan, contoh patriotisme, contoh semangat tidak mengenal menyerah,” sambung Prabowo.
Dalam dinamika politik yang kompleks ini, Pidato Presiden Prabowo akan dianggap sebagai suara asing yang masuk tanpa membedah kedalaman. Sebuah kekaguman yang terdengar seperti nostalgia pribadi, namun luput membaca peta perasaan publik yang sedang bergejolak di Turkiye. Apalagi satu bulan terakhir demonstrasi besar anti Erdogan melanda Turkiye secara bergelombang. Kita jadi bertanya, bagaimana kinerja tim Presiden menyiapkan konsep pidato?
Turkiye berdiri dengan segala paradoks dan pesonanya. Akan selalu ada perdebatan panjang tentang arah masa depan apakah tetap menjaga sekularisme modern Ataturk atau merangkul identitas religius yang digaungkan Erdorgan.






