Seorang ahli bedah yang merawat korban genosida Maya oleh negara Guatemala menceritakan sebuah peristiwa di mana ia sedang mengoperasi seorang pasien yang terluka parah dalam sebuah pembantaian ketika, tiba-tiba, pria bersenjata masuk dan menembak mati pasien tersebut di meja operasinya, tertawa saat membunuhnya.
Dokter itu mengatakan bahwa bagian terburuknya adalah melihat para pembunuh—yang sangat dikenalnya—dengan bangga berjalan di jalan-jalan lokal bertahun-tahun kemudian. Di tempat lain, seorang pria yang memiliki hati nurani pernah mencoba melemparkan Robert McNamara dari kapal feri yang menuju Martha’s Vineyard ke laut, marah atas impunitas dan arogansi yang dilihatnya pada si jagal Vietnam itu saat ia duduk di ruang tunggu kapal, tertawa bersama teman-temannya.
Pria itu tidak tahan dengan “bahkan postur tubuh” McNamara, yang seolah berkata, ‘Sejarah saya baik-baik saja, dan saya bisa duduk di bar seperti ini dengan teman baik saya Ralph di sini dan kalian harus menerima itu.’ Pria itu tidak berhasil melempar McNamara ke laut dari jembatan kecil, mantan menteri luar negeri itu berhasil berpegangan pada pagar dan bangkit kembali, tetapi si penyerang menjelaskan nilai dari usahanya dengan berkata: “Yah, saya berhasil membawanya ke luar, hanya kami berdua, dan tiba-tiba sejarahnya tidak begitu baik, bukan?”
Sepatah kata tentang moralitas dari demonstrasi bersenjata. Kita yang menentang genosida merasa puas berargumen bahwa para pelaku dan pendukung telah kehilangan kemanusiaannya. Saya bersimpati pada pandangan ini dan memahami nilainya dalam menenangkan jiwa yang tidak sanggup menerima kekejaman yang disaksikannya, bahkan jika hanya lewat layar.
Tapi ketidakmanusiawian telah lama terbukti sangat umum, biasa, dan secara mengejutkan sangat manusiawi. Seorang pelaku bisa jadi orang tua yang penyayang, anak yang berbakti, teman yang dermawan dan ramah, orang asing yang menyenangkan, mampu menunjukkan kekuatan moral saat sesuai, bahkan kadang-kadang saat tidak sesuai, dan tetap saja menjadi monster.
Kemanusiaan tidak membebaskan seseorang dari pertanggungjawaban. Tindakan itu akan secara moral dibenarkan jika dilakukan 11 tahun lalu selama Protective Edge, sekitar waktu ketika saya pribadi mulai benar-benar sadar akan tindakan brutal kita di Palestina. Tapi saya pikir bagi kebanyakan orang Amerika, tindakan seperti itu akan sulit dipahami, akan tampak gila.
Saya senang bahwa hari ini setidaknya ada banyak orang Amerika yang akan sangat memahami tindakan itu dan, dengan cara yang aneh, melihatnya sebagai satu-satunya hal yang waras untuk dilakukan.
Aku mencintaimu Ibu, Ayah, adik kecil, seluruh keluargaku, termasuk kamu, O*****
Bebaskan Palestina!
– Elias Rodriguez







Tragis dan sangat memprihatinkan. Kekerasan tidak pernah bisa jadi solusi. Semoga proses hukum berjalan adil dan tidak memperkeruh situasi yang sudah sensitif.
Saya melihat sedikit berbeda, Elias melakukan penembakan itu bukan tanpa sebab.
Ini kejadian hubungan kausalitas, sebab akibat.
Semua tindakan barbarisme Zionis kepada rakyat Palestina khususnya GAZA yang melampaui batas batas akal sehat dan sangat mengusik naluri manusia dan kemanusiaan.
Hingga tiap tiap insan yang menyaksikan hal itu terpanggil tuk memberikan pembelaan dengan apapun yang dipunya.
Hal ini menurut saya wajar dan menyiratkan bahwa kemanusiaan belum padam, ia akan bergeliat dengan caranya sendiri menuju proses keseimbangan.
Terima kasih atas pandangan Pak Wahyu. Saya pun melihat dari sudut pandang saya,
bahwa tindakan Elias bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri, melainkan bagian dari rantai panjang hubungan sebab-akibat yang tidak bisa dilepaskan dari konteks yang lebih besar.
Penindasan brutal dan terus-menerus yang dilakukan oleh Zionis terhadap rakyat Palestina, khususnya di Gaza, telah melampaui batas kemanusiaan. Setiap insan yang menyaksikan kekejaman tersebut, secara alami akan terpanggil untuk bereaksi, memberikan pembelaan dengan cara dan kemampuan yang dimiliki.
Tindakan Elias adalah sebagai refleksi dari nurani yang masih hidup, sebagai reaksi terhadap ketidakadilan yang sudah terlalu lama terjadi.
Harapan saya agar berita ini ditelusuri lebih dalam oleh jurnalis yang masih mengutamakan integritas (independen) sehingga tidak diputarbalikkan oleh oknum pemilik kantor berita maupun oknum jurnalis yang hanya mencari keuntungan (viewers, likes, subscribe, dan komen).
Semoga publik juga semakin kritis dan bijak dalam menyikapi informasi yang beredar.
Baguslah….petarung2 makin bermunculan. Walau secara prinsip saya tidak setuju dg “pembunuhan” , tapi sbg sikap pembalasan/pembuktian agar penjajah berpikir ulang atas kejahatannya. Saya yakin Rodriguez sdh mengukur apa hukuman yg bakal dia terima. Saya sangat bangga dn menghormati mu.
Terima kasih atas pandangan Pak Wahyu. Saya pun melihat dari sudut pandang saya,
bahwa tindakan Elias bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri, melainkan bagian dari rantai panjang hubungan sebab-akibat yang tidak bisa dilepaskan dari konteks yang lebih besar.
Penindasan brutal dan terus-menerus yang dilakukan oleh Zionis terhadap rakyat Palestina, khususnya di Gaza, telah melampaui batas kemanusiaan. Setiap insan yang menyaksikan kekejaman tersebut, secara alami akan terpanggil untuk bereaksi, memberikan pembelaan dengan cara dan kemampuan yang dimiliki.
Tindakan Elias adalah sebagai refleksi dari nurani yang masih hidup, sebagai reaksi terhadap ketidakadilan yang sudah terlalu lama terjadi.
Setiap orang punya cara yang berbeda untuk membela perjuangan Rakyat Palestina.
Kedzoliman , kekejaman dan kebrutalan serdadu zionis israel bisa memicu pembalasan dari berbagai arah.
Elias Rodriguez asal Chicago Dengan terang benderang mengatakan penembakan dilakukan terhadap Dua orang staf Kedutaan Besar (Kedubes) Israel untuk Palestina. Saya melakukannya untuk Gaza,” Menurut Jaksa Interim pada distrik Columbia, Jeanine Pirro, mengatakan bahwa penyelidikan penembakan mematikan itu sebagai aksi terorisme dan kejahatan kebencian. Sementara kejahatan yang dilakukan Zionisme Israel melebihi terorisme, merampas tanah, membunuh anak-anak tidak berdosa, menghancurkan sekolah, mengusir penduduk Palestina dari rumah mereka tidak dikatakan aksi terorisme. Perbuatan Zionisme Israel melanggar hukum internasional diantaranya Genosida, kejahatan kemanusiaan, dan kejahatan perang.
Salut untuk Elias Rodriguez atas keberanian nya,dan tidak lari dari tanggungjawab. Walaupun kekerasan tidak harus dibalas dengan kekerasan,tapi saya tetap beri acungan jempol untuk beliau. Elias tidak hanya bicara tapi bertindak.yg kita butuhkan sekarang bukan hanya bicara, banyak pemimpin pemimpin negara yg hanya bicara mendukung palestina tapi tidak bertindak apa apa. Jika setiap negara yg menyatakan mendukung palestina bertindak dengan perbuatan yg benar maka palestina tidak akan sampai seperti ini. Palestina butuh bukti nyata bukan hanya sekedar kata kata manis
Manifesto adalah pernyataan atau deklaraai yang dibuat seseorang atau kelompok untuk mengungkapkan ideologi,tujuan, atau prinsip prisip mereka. Manifesto sering digunakan dalam dunia Politik,sosial, atau budaya untuk menunjukka perubahan atau memperjuangkan hak hak tertentu. Dalam kontek penembakan staf kedutaan besar Israel,manifesto yang ditinggalkan oleh pelaku berisi pernyataan tentang motivasi dan ideologi yang membawanya melakukann tindakan tersebut. Manifesto yang ditinggalkan oleh pelaku penembakan staf kedutaan besar Israel dapat di ibaratkan seperti Halilintar yang mengejutkan dan menimbulkan reaksi ketas. Pelaku melakukan tindakan kekerasan dengan menembak mati,karena sangat marah terhadap pasukan Israel karena dengan sebab; Penindasan kekerasan yang yelah dilakukan pasukan Israel terhadap warga Palestina
Pasukan Israel tidak menghormati hak hak dan martabat warga Palestina .