Oleh: Fairus Ramadhan*

TUNIS, KabarKampus – Ahmad Hashif Ulwan, Lc. dan Muhammad Nur Farhan Ismail, Lc., dua mahasiswa magister Indonesia di Fakultas Hadharah Islamiyyah, Universitas Az-Zaitunah, Tunisia, menyelesaikan proses pendidikannya dengan melaksanakan sidang tesis tepat di hari kebangkitan nasional (20/5).
Sidang tesis mereka dihadiri Duta Besar Republik Indonesia di Tunisia, jajaran Staf KBRI Tunisia, jajaran Dosen Penguji, Mahasiswa Indonesia di Tunisia, dan Mahasiswa Tunisia. Pemaparan materi yang dilakukan dua mahasiswa tersebut mencuri perhatian para audiens atas kemampuan bahasa, retorika, dan struktur.
Antusias para tamu undangan sangat terlihat dalam ruang sidang. Mereka menyimak dinamika diskusi yang terjadi antara dosen penguji dengan mahasiswa yang diuji. Tak terkecuali Bapak Zuhairi Misrawi, Duta Besar Republik Indonesia di Tunisia, yang turut bangga menyaksikan sidang tesis yang berkualitas.
Ahmad Hashif Ulwan, Lc. menyampaikan materi dalam sidang tesis dengan judul Modernisasi Pemikiran Islam Sukarno di Indonesia. Pengambilan judul ini dengan latar belakang peran aktif Sukarno dalam pengembangan pemikiran Islam di Indonesia sejak pra dan pasca kemerdekaan. Terkait judulyang dibawakan, begini Ahmad Hashif Ulwan, Lc. menjelaskan “Lewat tesis ini, saya menemukan satu kesimpulan penting, bahwa Sukarno merupakan pembaharu Islam. Gagasan keislamannya senada dengan gagasan-gagasan pemikir pembaharu dunia”.
“Sukarno menekankan Api Islam yang menjadi sumber nilai keislaman, sehingga bisa relevan dengan perkembangan zaman, selain itu Sukarno menekankan pentingnya Rasionalitas dalam Islam yang digawangi oleh Ijtihad dan Takwil,” tambahnya. Terlihat materi tesis ini menekankan pentingnya rasionalitas dalam pandangan pembaruan nilai-nilai Islam supaya relevan dengan zamannya.
Sedangkan judul tesis Muhammad Nur Farhan Ismail, Lc. “Upaya Amin Abdullah dalam Perkembangan Islam di Indonesia.” Amin Abdullah adalah seorang pakar hermeneutika dan ilmuwan filsuf di Indonesia yang terkenal dengan metodologi “teologis normative” dan “historis empiris”.
Kesimpulan Farhan, menurut pandangan Muhammad Amin Abdullah, gagasannya tentang integrasi dan interkoneksi bukan hanya sekadar hubungan antara ilmu pengetahuan seperti yang kita kenal saat ini, tetapi lebih dari itu. Ada visi yang ingin ia tonjolkan agar orang-orang tahu bahwa integrasi dan interkoneksi tidak hanya terbatas pada ilmu pengetahuan, tetapi juga berkaitan dengan bagaimana kita berinteraksi sebagai individu dengan pemerintah, akademisi, ilmuwan, masyarakat, dan keluarga.
“Ggagasan integrasi dan interkoneksi mengingatkan kita bahwa pengetahuan saja tidak cukup, tetapi harus disertai dengan hubungan yang baik antar manusia agar kita menjadi individu yang berpengetahuan luas dan memiliki sopan santun serta rasa hormat.” ulas Farhan.
Kedua tesis ini membahas pembaharuan pemikiran Islam Indonesia. Bagaimana nilai-nilai agama diimplementasikan dalam kehidupan sosial kebangsaan. Sebuah upaya terus menerus dalam membangun dialog pemikiran Islam dengan perkembangan zaman tanpa kehilangan kepercayaan dan keimanan.
Keduanyapun meraih Cumlaude. Sebuah hasil yang membanggakan tidak hanya bagi keduanya, tapi juga bagi semua yang hadir, termasuk jajaran staf KBRI Tunisia dan Dosen-dosen Universitas Az-Zaitunah. Dalam pesan sambutannya, Duta Besar Indonesia Zuhairi Misrawi mengingatkan, “Mahasiswa Diaspora Indonesia harus kembali ke Indonesia untuk membangun bangsanya dengan menerapkan keilmuwan dan pengalaman yang sudah didapat”.
Salah satu dosen penguji dari dua mahasiswa tersebut Ustadzah Muniah Mejri juga mengajak mahasiswa Indonesia lainnya untuk meneliti pemikiran-pemikiran tokoh Islam Indonesia lainnya. “Pemikiran Islam yang berasal dari tokoh Indonesia sangat banyak dan luas, maka diharapkan untuk seluruh mahasiswa Indonesia bisa berperan untuk meneliti pemikiran tersebut dengan tujuan merelevansikan pemikiran Islam untuk pembaharuan sesuai zamannya,” serunya.
Sebelumnya Hashif dan Farhan juga sama-sama menempuh program studi Aqidah Islamiyyah pada Fakultas Hadharah Islamiyyah pada strata satu. Proses pendidikan mereka sejak S1 hingga S2 sangat singkat, terhitung keseluruhan hanya 5 tahun. Pendidikan S2 di Universitas Az-Zaitunah Tunisia terkenal dengan jangka waktu pembelajaran yang sangat singkat. Tepatnya 2 tahun untuk proses pembelajaran, dilanjutkan dengan penyusunan materi tesis selama 6 bulan.
*Anggota Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Tunisia.